Italia pada Senin (14/10) mulai memindahkan migran yang dicegat di wilayah Mediterania ke sejumlah pusat penampungan di Albania. Langkah tersebut merupakan program pertama di Eropa, dan telah memicu kritik dari kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Enam belas migran, semuanya laki-laki, berada di atas kapal patroli Libra milik angkatan laut Italia dalam perjalanan menuju Albania dan diperkirakan akan tiba pada Rabu (16/10) pagi, kata seorang sumber pemerintah kepada kantor berita AFP.
Para calon pencari suaka itu, 10 orang berasal dari Bangladesh dan enam lainnya berasal dari Mesir, diselamatkan di perairan internasional oleh otoritas Italia pada Minggu (13/10). Kedua kapal mereka, masing-masing berangkat dari Tripoli di wilayah Libya, kata sumber tersebut.
Perdana Menteri dari kubu sayap kanan Italia, Giorgia Meloni, mulai menjabat pada Oktober 2022 dengan janji untuk menghentikan puluhan ribu migran yang mendarat di pantai Italia setiap tahun dari Afrika Utara.
BACA JUGA: Partai Sayap Kanan Ekstrem Menangi Pemilu di Austria, Perkokoh Tren Serupa di EropaPada November tahun lalu, dia menyetujui kesepakatan dengan mitranya dari Albania, Edi Rama, untuk memroses beberapa pencari suaka di negaranya, yang berada tepat di seberang Laut Adriatik, tetapi bukan bagian dari Uni Eropa.
Kesepakatan selama lima tahun tersebut, yang diperkirakan menelan biaya $175 juta atau sekitar Rp2,7 triliun per tahun, mencakup migran laki-laki dewasa yang dicegat oleh kapal angkatan laut atau penjaga pantai Italia di perairan internasional, tetapi di dalam wilayah pencarian dan penyelamatan Italia. Mereka akan dipindahkan ke kapal militer untuk pemeriksaan awal di laut.
Dari sana, akan ditentukan migran mana yang berasal dari negara yang dianggap “aman,” yang secara teori menyederhanakan pemulangan.
Saat tiba di Albania, mereka akan dipindahkan ke pusat penampungan di pelabuhan Shengjin di bagian utara, untuk pendaftaran dan pemeriksaan kesehatan, lalu dikirim ke pusat penampungan lain di dekat Gjader, untuk menunggu pemrosesan klaim suaka mereka.
Skema tersebut sedang diamati dengan penuh harap oleh negara-negara Eropa lainnya, yang juga prihatin dengan migrasi ilegal, dan kemungkinan akan dibahas selama pertemuan puncak para pemimpin UE minggu ini.
Namun, hal itu juga telah memicu kekhawatiran besar.
BACA JUGA: Jerman Terapkan Pemeriksaan Perbatasan Saat Debat Migrasi Picu Ketegangan PemiluPusat-pusat penampungan tersebut akan dioperasikan berdasarkan hukum Italia, dengan keamanan dan staf Italia, dan hakim yang menangani kasus melalui tautan video dari Roma. Para migran yang dianggap rentan berdasarkan hukum Uni Eropa, termasuk anak di bawah umur, perempuan, orang dengan masalah kesehatan mental atau korban penyiksaan, pelecehan atau perdagangan manusia, akan dikecualikan.
Namun kelompok hak asasi manusia mempertanyakan apakah Albania akan menawarkan perlindungan yang cukup bagi para pencari suaka. Amnesty International menggambarkan skema tersebut sebagai “eksperimen kejam (yang) merupakan noda pada pemerintah Italia”.
Sea Watch, salah satu lembaga yang mengoperasikan kapal yang menyelamatkan para migran di Mediterania, menyebut peluncuran skema tersebut pada Senin sebagai “era kegelapan.”
Elly Schlein, pemimpin Partai Demokrat kiri-tengah Italia, menuduh pemerintah menghambur-hamburkan uang pembayar pajak untuk sebuah rencana yang dibuat “dengan mengabaikan hak-hak dasar manusia.” [ns/lt]