Kementerian Luar Negeri Taiwan pada Sabtu (13/8) menyampaikan ucapan "terima kasih yang tulus" kepada Amerika Serikat (AS) karena melakukan "tindakan nyata" dalam menjaga keamanan dan perdamaian di Selat Taiwan dan kawasan itu.
Koordinator Indo-Pasifik AS Kurt Campbell mengatakan pada Jumat (12/8) bahwa China "bereaksi berlebihan" terhadap kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan. Kunjungan tersebut pada akhirnya memicu latihan perang militer China selama berhari-hari yang dilakukan di wilayah Taiwan, yang menurut Beijng adalah bagian dari wilayahnya.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (13/8) bahwa "intimidasi militer dan ekonomi China yang tidak beralasan" telah "semakin memperkuat persatuan dan ketahanan kubu demokrasi global."
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan pada Kamis (11/8) bahwa ancaman China tidak berkurang, meskipun latihan militer terbesar Beijing di sekitar pulau itu, setelah kunjungan Pelosi minggu lalu, tampaknya akan berkurang.
BACA JUGA: AS: China Gunakan Kunjungan Pelosi ke Taiwan sebagai Dalih Ubah 'Status Quo'Pada rapat umum pada Sabtu di Taiwan selatan untuk pemilihan lokal yang dijadwalkan akhir November, Tsai mengatakan mereka tidak hanya menghadapi kandidat saingan, "tetapi juga tekanan dari China."
"Orang Taiwan sangat antusias dan mencintai kebebasan dan demokrasi, begitu banyak teman (dari dunia) internasional yang baik datang ke Taiwan untuk mendukung kami. Ini adalah hal yang normal dan baik, tetapi China mengancam dan mengintimidasi Taiwan," katanya.
"Namun, saya ingin meyakinkan semua orang bahwa pemerintah dan militer kita siap, dan saya pasti akan menjaga Taiwan."
BACA JUGA: Menlu Wu: Taiwan akan Sambut Baik Delegasi Asing LainnyaChina melanjutkan aktivitas militernya di dekat Taiwan, meskipun dalam skala yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan pekan lalu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa pada hari Sabtu terdapat 13 pesawat Angkatan Udara China yang telah melintasi garis tengah Selat Taiwan.
Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa karena Republik Rakyat China tidak pernah memerintah pulau itu, ia tidak memiliki hak untuk mengklaimnya atau memutuskan masa depannya, yang hanya dapat ditentukan oleh rakyat Taiwan sendiri. [ah]