Sejumlah jajak pendapat yang dikompilasi oleh beberapa sumber menunjukkan calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton memimpin dengan selisih 6% dari calon presiden Partai Republik Donald Trump. Tetapi sebuah jajak pendapat baru ABC News mengatakan Clinton justru unggul 50% banding 38% pasca kontroversi tentang perlakuan Trump pada sejumlah perempuan dan keengganannya untuk menerima hasil pemilu kecuali jika ia menang.
Ketua tim kampanye Trump – Kellyanne Conway – mengakui jajak pendapat itu kepada stasiun televisi NBC hari Minggu (23/10) dengan mengatakan “kami memang tertinggal”. Tetapi ditambahkannya, “kami tidak akan menyerah. Kami tahu kami bisa memenangkan pemilu ini”.
ABC News: Clinton unggul di kalangan pemilih perempuan
Jajak pendapat ABC News mengatakan Clinton memimpin hingga 20% di mata para pemilih perempuan – yaitu 55% banding 35% bagi Trump; dan bahkan jauh lebih besar di mata pemilih perempuan berpendidikan universitas – yaitu 62% banding 30% bagi Trump. ABC juga mengatakan untuk pertama kali dalam melakukan jajak pendapat dalam kampanye yang lama ini, laki-laki juga lebih berpihak pada Clinton, yaitu 44% banding 41% bagi Trump.
Meskipun demikian Trump masih memimpin di kalangan pemilih kulit putih, yang masih menjadi mayoritas pemilih di Amerika tetapi di kalangan seluruh pemilih pendukungnya turun 4%. Tetapi pemilih bukan kulit putih berpihak pada Clinton dengan selisih sangat besar yaitu 68% banding 14% bagi Trump.
Dukungan Trump anjlok setelah rekaman pembicaraan cabul dirilis
Dalam debat ketiga dan sekaligus debat terakhir dengan Clinton, pernyataan-pernyataan Trump bahwa “tidak seorang pun yang lebih menghargai perempuan dibanding saya”, memicu gelak tawa hadirin. Ia kemudian juga memotong pernyataan Clinton dengan menyebutnya sebagai “perempuan jahat”, ejekan yang segera dipasarkan para pendukung Clinton lewat kaus oblong.
Anjloknya dukungan pada Trump dalam jajak-jajak pendapat nasional dan juga dukungan di sejumlah negara bagian penting yang berpengaruh menentukan hasil pemungutan suara itu berawal dua minggu lalu, ketika suratkabar Washington Post menurunkan laporan tentang rekaman pembicaraan Trump tahun 2005 di mana ia mengatakan sejumlah hal cabul tentang perempuan dan membual bahwa ia bisa meraba mereka karena ia seorang selebriti. Trump kemudian minta maaf dan mengatakan pernyataan itu hanya “pembicaraan di ruang ganti pakaian”. Trump juga menyangkal bahwa ia telah memulai tindakan-tindakan seksual yang tidak diinginkan pada sejumlah perempaun.
Tetapi sejak itu ada 11 perempuan yang bicara secara terbuka bahwa Trump telah melakukan semua hal itu terhadap mereka dalam rentang waktu puluhan tahun. Trump mengatakan semua tuduhan itu direkayasa. [em/al]