Warga Palestina kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok seperti pangan dan tempat tinggal sebelum serangan mematikan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober, menurut jajak pendapat terbaru Gallup.
Sebanyak 40% warga Palestina yang disurvei antara Juli dan September mengatakan mereka kesulitan mendapatkan makanan dalam 12 bulan terakhir. Proporsi tertinggi terjadi di wilayah Gaza, di mana jumlahnya mencapai 57%, dibandingkan dengan 28% di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Dua puluh sembilan persen penduduk Gaza melaporkan bahwa mereka kesulitan mendapatkan tempat tinggal yang layak dalam 12 bulan terakhir, dan mencapai rekor tertinggi.
Gaza telah berada di bawah blokade Israel selama bertahun-tahun. PBB menyebut blokade itu sebagai tindakan ilegal dan “hukuman kolektif.”
BACA JUGA: Hamas: Serangan Israel di Distrik Kota Gaza Renggut Sedikitnya 195 NyawaDalam survei Gallup itu, 53% warga Palestina yang tinggal di Gaza mengatakan bahwa mereka setiap hari merasa sangat stres, dibandingkan dengan 40% responden Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Lebih dari dua perlima responden di Gaza mengatakan mereka merasakan banyak kemarahan sehari sebelum mereka mengikuti survei tersebut. Jumlah itu merupakan persentase tertinggi sejak 2018, selama protes “Great March for Return,” di mana orang-orang Palestina menuntut diakhirinya blokade di Gaza dan hak bagi pengungsi Palestina untuk kembali. Pasukan Israel menewaskan hampir 200 orang dan melukai hampir 29.000 orang pada tahun setelah protes dimulai, menurut PBB.
Jajak pendapat Gallup juga menunjukkan kemarahan warga Palestina juga meningkat di Tepi Barat, setelah beberapa tahun mengalami penurunan. Persentase warga yang melaporkan kemarahan mencapai angka terendah yaitu 31% pada 2022, turun dari 42% pada 2017. Namun persentase itu naik menjadi 36% pada tahun ini.
Sebelum perang, para warga Palestina tidak melihat akan adanya harapan dan peluang bagi anak-anak mereka, terutama yang tinggal di Gaza. Berdasarkan jajak pendapat Gallup, hanya 28% penduduk yang menyatakan bahwa anak-anak mempunyai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, dibandingkan dengan 36% penduduk di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Perang kali ini diperkirakan hanya akan meningkatkan kerentanan bagi warga Palestina, menurut Gallup. Lebih dari 9.000 warga Palestina telah tewas terbunuh di Gaza akibat serangan udara dan darat Israel, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Diperkirakan 40% dari korban tewas adalah anak-anak, menurut kelompok bantuan Save the Children.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, di mana pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 128 warga Palestina pada Rabu (1/11), menurut PBB.
Serangan Israel ini merupakan respons terhadap serangan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.400 warga Israel, sebagian besar warga sipil di rumah mereka. [ka/lt]