Japan Airlines (JAL), Rabu (22/4), memangkas prediksi keuntungan bersih tahunannya sebesar 43 persen karena wabah virus corona. JAL kini masuk deretan perusahaan penerbangan yang terpukul hebat akibat wabah itu seiring merosotnya aktivitas pariwisata dunia.
Karena COVID-19 yang mempengaruhi rute-rute domestik dan internasionalnya, JAL mengatakan, keuntungan bersih untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2021 adalah 500 juta dolar, anjlok dari sebelumnya yang ditargetkan mencapai 877 juta dolar.
Pada tahun fiskal sebelumnya, JAL melaporkan keuntungan bersih sebesar 1,4 miliar dolar.
JAL mengatakan permintaan menurun drastis karena larangan perjalanan yang ditetapkan banyak negara di dunia, pembatalan acara-acara akbar di dalam negeri, dan pemberlakuan keadaan darurat yang mencegah banyak orang melakukan perjalanan udara.
BACA JUGA: Maskapai Global: Krisis Covid-19 Berlanjut hingga Akhir 2020"Kami membatalkan dan mengurangi penerbangan. Kami juga menggunakan pesawat-pesawat lebih kecil. Namun ini tidak bisa menutup kerugian kami,” kata perusahaan itu dalam pernyataan tertulisnya.
Revisi prediksi keuntungan JAL diumumkan satu hari setelah Virgin Australia yang didera kesulitan finansial menyatakan terancam bangkrut akibat wabah virus corona.
Perusahaan itu berutang 3,2 miliar dolar dan meminta pinjaman sekitar 900 juta dolar untuk bertahan, namun pemerintah Australia menolak membantu perusahaan yang mayoritas pemiliknya adalah pihak asing.
Pekan ini Norwegian Air mengumumkan empat anak perusahaannya di Swedia dan Denmark juga mengajukan kebangkrutan sementara perusahaan penerbangan Jepang lainnya, ANA, memangkas prediksi keuntungannya sebesar 71 persen. [ab/uh]