Jalani Program Inseminasi Saat Jadi Tahanan di Amerika

Gerardo Hernandez, dan istrinya, Adriana Perez di Havana, Kuba (20/12).

Senator Patrick Leahy dalam lawatannya ke Kuba bulan Februari 2013, mengatakan Adriana Hernandez (40 tahun) memohon bantuannya untuk punya anak dari suaminya yang ketika itu sedang menjalani masa hukuman seumur hidup di AS.

Setelah terpisah selama 16 tahun, satu-satunya hal yang memisahkan mata-mata Kuba – Gerardo Hernandez – dan istrinya Adriana ketika mereka bertemu di Havana pekan lalu adalah perut Adriana yang membuncit karena sedang hamil tua.

Banyak orang memandang dengan terheran-heran bagaimana mungkin pasangan yang sudah terpisah lama itu, sekarang justru menunggu kelahiran putri mereka dalam beberapa minggu lagi?.

Bagaimana mungkin Gerardo Hernandez yang sedang menjalani hukuman penjara di Amerika itu, bisa memiliki keturunan? Jawabannya adalah karena prosedur medis modern dan niat baik seorang senator Amerika.

Dalam pernyataan tertulis yang disampaikan kepada VOA, Senator Patrick Leahy memastikan bahwa dalam lawatannya ke Kuba bulan Februari 2013, Adriana Hernandez yang berusia sekitar 40 tahun memohon bantuannya untuk punya anak dari suaminya yang ketika itu sedang menjalani masa hukuman seumur hidup di Amerika atas tuduhan melakukan tindakan mata-mata.

Stasiun televisi CNN melaporkan kisah tersebut.

"Adriana menyampaikan permohonan pribadi kepada Marcelle – istri saya. Ia khawatir tidak akan bisa punya keturunan. Sebagai orang tua yang juga kakek-nenek, kami berdua sangat ingin membantunya. Dan sebagai seorang perawat, Marcelle tahu persis kesulitan yang dihadapi Adriana,” demikian keterangan nara sumber dalam tayangan tersebut.

Hubungan intim bagi pasangan Kuba ini tidak mungkin dilakukan. Sehingga dilakukanlah prosedur inseminasi buatan yang diatur oleh seorang staf Leahy.

Senator Patrick Leahy mengatakan ini merupakan hal manusiawi dan kami akan melakukannya untuk siapapun. Kami sangat gembira karena hal itu akan terwujud dalam suasana Natal ini.

Seorang juru bicara Leahy – David Carle – mengatakan kepada VOA, membantu Hernandez dan istrinya agar bisa punya anak “bukan bagian dari kesepakatan” pemulihan hubungan dengan Kuba. Sebaliknya, Carle menyebutnya sebagai “upaya kemanusiaan terpisah” oleh Senator Patrick Leahy.

Tetapi langkah itu ikut memberi manfaat secara diplomatik. Carle mengatakan upaya itu ikut membantu memperbaiki suasana dalam diskusi tentang pemulihan hubungan itu.

Senator Patrick Leahy sudah bertahun-tahun berupaya membebaskan kontraktor pemerintah Alan Gross dari penjara Kuba. Secara tiba-tiba – setelah lebih dari 50 tahun – beberapa pekan lalu diumumkan pemulihan hubungan diplomatik antara Amerika dan Kuba. Gross dan seorang warga Amerika lainnya dibebaskan sebagai imbalan pembebasan tiga tahanan Kuba – termasuk Hernandez.

Asisten Leahy – Tim Rieser – mengatakan kepada stasiun televisi NBC, sewaktu Amerika mempertimbangkan permohonan keluarga Hernandez, “kami juga meminta Kuba melakukan hal-hal yang bisa memperbaiki kondisi Alan Gross yang sedang ditahan di Kuba”.

Carle mengatakan pemerintah Kuba menanggapi dengan baik permintaan untuk memperbaiki perawatan Alan Gross, tetapi tidak ada diskusi “kalau kami melakukan hal ini/ kami ingin Anda melakukan hal itu”.

Gerardo Hernandez adalah salah seorang dari lima warga Kuba yang ditangkap tahun 1998 dan kemudian divonis sebagai pemimpin “La Red Avispa” atau “Wasp Network” yang memata-matai kelompok-kelompok warga Amerika keturunan Kuba di Amerika.

Hernandez dikaitkan dengan insiden penembakan pesawat kelompok “Brothers-to-the-Rescue” yang ditembak jatuh di Kuba pada tahun 1996 dan menewaskan empat orang.

Saudara perempuan salah seorang penumpang pesawat yang tewas itu mengatakan kepada NBC, membantu pasangan Hernandez untuk punya anak adalah hal yang “absurd”.

“Orang di penjara-penjara Kuba saja tidak boleh dikunjungi… sementara disini kita memberi bantuan supaya pasangan ini bisa punya anak?. Benar-benar tidak masuk akal!,” ujarnya.

Bayi perempuan keluarga Hernandez itu akan dilahirkan kurang dari dua pekan lagi (VOA/Victoria Machi).