Janda seorang bekas mata-mata Rusia yang tewas diracun 9 tahun yang lalu mengklaim hari Jumat (31/7) bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pembunuhannya, ketika penyelidikan mengenai kematiannya berakhir di Inggris.
Janda mantan agen KGB Alexander Litvinenko mengatakan hari Jumat bahwa dia yakin penyelidikan Inggris itu mengungkapkan kebenaran mengenai kematian suaminya. Marina Litvinenko mengatakan dia yakin penyelidikan itu mengungkapkan bahwa Litvinenko dibunuh oleh agen-agen negara Rusia, yang katanya tidak dapat terjadi tanpa izin Putin.
Penyelidikan 6-bulan di London itu mencakup kesaksian dari 62 orang. Hakim yang memimpin penyelidikan itu diperkirakan akan merilis temuannya nanti tahun ini.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk penyelidikan tersebut hari Jumat, dengan mengatakan bahwa Inggris telah mempolitisir penyelidikan itu. Rusia selalu membantah keterlibatan dalam kematian Litvinenko.
Kasus itu adalah sumber ketegangan yang terus berlangsung antara Inggris dan Rusia.
Litvinenko, seorang pengritik terkemuka Kremlin, meninggal tahun 2006, beberapa minggu setelah meminum the yang dibumbui dengan isotop radioaktif polonium-210.
Menjelang kematiannya, Litvinenko menuduh Putin memerintahkan pembunuhannya. Kedua orang Rusia yang bersama Litvinenko ketika ia meminum teh beracun itu, dicari oleh polisi Inggris. Keduanya membantah keterlibatan dan Rusia tidak mau mengekstradisi mereka.