Berbagai pesta yang diselenggarakan di kantor kerap menghadirkan kue sebagai hidangan utama. Fakta ini mengkhawatirkan pejabat tertinggi di FSA, badan yang mengawasi keamanan dan kebersihan pangan di Inggris.
Direkturnya, Susan Jebb, mengatakan, kue seharusnya dianggap seperti rokok. Membawa kue sama artinya dengan menjadikan rekan-rekan kerja perokok pasif. Maksudnya, banyak orang mungkin bukan pemakan kue, tapi terpaksa makan kue – persis nasib orang-orang yang menjadi perokok pasif.
Your browser doesn’t support HTML5
Pernyataan Jebb muncul dalam wawancara dengan suratkabar Times. Namun, ia menegaskan, pernyataannya itu dalam kapasitas pribadi dan bukan atas nama FSA.
Katanya, jika tidak ada yang membawa kue ke kantor, seseorang tidak akan makan kue pada siang hari, tetapi karena orang membawa kue, orang tersebut akan terpaksa memakannya. Ini, menurutnya, seperti memaksa orang masuk ke bar yang penuh dengan asap rokok.
Pernyataan Jebb mungkin ada benarnya. Paling tidak itu menurut Lou Walker, seorang konsultan kesehatan yang pernah menulis sebuah laporan yang mengeksplorasi perilaku dan sikap terhadap “kue kantor”.
Lou mengatakan, fakta menunjukkan, banyak orang terpaksa makan kue di tempat kerja meski memiliki hak untuk mengatakan “tidak.” Alasannya, entah karena sopan santun atau tergoda untuk mencicipinya. Lou bahkan mengatakan, kue kantor boleh jadi berkontribusi pada krisis obesitas.
Azar Hussain, Direktur Pelaksana Rebel Recruiters, perusahan perekrutan tenaga kerja, menentang pendapat direktur FSA tersebut. “Yang harus kita upayakan adalah menciptakan suasana di mana karyawan merasa nyaman untuk mengungkapkan pendapat mereka. Mereka mungkin bisa mengatakan, bagaimana kalau kita tidak makan kue tapi makan buah hari ini. Saya kira itulah yang harus kita upayakan, daripada mengatakan bahwa setiap orang seharusnya tidak makan kue," jelasnya.
Menurut laporan-laporan media Inggris, seorang juru bicara perdana menteri Rishi Sunak ikut menanggapi pendapat Jebb. Ia mengatakan, ia sendiri cenderung menyukai kue sehingga keputusan memakan kue adalah pilihan pribadi, bukan tanggung jawab si pembawa atau penyedianya. Bagaimana menurut Anda? [ab/lt]