Aksi unjuk rasa terkait dugaan penistaan agama oleh Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang terjadi di ibukota beberapa waktu lalu melibatkan berbagai lapisan masyarakat dari berbagai daerah termasuk Jawa Timur.
Aksi ini memicu berbagai reaksi di banyak tempat yang akhirnya menimbulkan keresahan masyarakat. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggelar Apel Kebhinekaan dan Cinta Damai, untuk meredam potensi kerawanan keamanan dan perpecahan yang dipicu oleh isu agama.
Apel Kebhinekaan dan Cinta Damai ini digelar di halaman gedung negara Grahadi, Selasa (15/11) dan dihadiri oleh anggota TNI, Polri, serta perwakilan elemen masyarakat dari lintas agama. Menurut Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, lewat kegiatan ini ia ingin mengajak semua pihak untuk terlibat dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, dengan ikut membantu menciptakan situasi damai dan tenang di masyarakat.
“Apel ini mempertemukan tokoh-tokoh, mempertemukan katakanlah mereka yang kita anggap mampu ikut menenangkan keadaan, supaya apa yang terjadi di Jakarta dan di tempat lain, tidak sampai ke tempat kita, dan syukur-syukur kalau di tempat lain bisa segera selesai," ujarnya.
Mengenai isu akan adanya aksi lanjutan setelah tanggal 4 November, yaitu pada tanggal 25 November, Saifullah mengimbau agar masyarakat melakukan doa bersama, daripada berbondong-bondong ke Jakarta untuk mengikuti aksi unjuk rasa.
“Kalau saya boleh mengimbau, kan sudah banyak yang mewakili, yang aspirasinya sama dengan yang demonstrasi, itu kan perwakilannya sudah ada. Nah kita yang di Jawa Timur ini membantu dengan doa saja lah, di tempat masing-masing maupun bersama-sama di masjid, di pesantren-pesantren," ujarnya.
Pinandhita Pura Agung Jagad Karana, Surabaya, Gusti Komang Sarjana menuturkan, upaya untuk menjaga kerukunan antar umat beragama harus terus ditingkatkan, terutama dengan saling menghormati antar umat beragama demi kehidupan berbangsa yang lebih baik.
“Memang kita harus toleransi, sesama umat itu harus betul-betul kita tegakkan, karena dengan adanya kebersamaan apa yang diharapkan dari pemerintah itu akan bagus sekali, karena tujuannya pemerintah untuk kedepannya itu untuk meningkatkan kehidupan dari bangsa Indonesia ini. Kita sebagai umat Hindu sangat mendukung sekali dari program apa yang dilaksanakan dari pemerintah Jawa Timur ini," ujarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Peristiwa ledakan bom di Gereka Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur, yang mengakibatkan meninggalnya seorang anak, menurut aktivis perempuan lintas agama di Surabaya, Lailil Nuroniah, harus menjadi pelajaran bersama bagi seluruh masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersamaan dan kerukunan.
Lailil mengatakan, sudah saatnya semua elemen bangsa saling bergandengan tangan, untuk menjaga Kebhinnekaan yang merupakan salah satu pilar persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kita harus lebih kukuh ya, kita harus bekerjasama, jangan sampai terjadi kayak gini lagi, harus bergandeng tangan, melakukan yang terbaik lah. Kita harus punya empati dan simpati pada korban, karena bagaimana pun juga kita jangan sempai terjadi hal yang seperti ini lagi. Kalau kita terus-terusan tidak punya empati, apalagi tidak punya rasa simpati pada korban, bagaimana nanti kita menjadi bagus, kita bisa bergandengan tangan menjadi Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Brigjen Pol. Gatot Subroto menegaskan, masyarakat jangan mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain dan melanggar hukum.
“Kami dari aparat Kepolisian ya, tetap mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh ya dengan ajakan-ajakan yang bernuansa atau berlatarbelakang agama ya, jadi harus jeli dan harus betul-betul kritis ya untuk menanggapi itu semuanya," ujarnya.