Populis sayap kanan Javier Milei akan menjadi presiden Argentina berikutnya, setelah menjanjikan perombakan dramatis pemerintahan dalam kampanye pemilu yang sangat memecah belah di tengah ketidakpuasan mendalam atas melonjaknya inflasi dan meningkatnya angka kemiskinan.
Menteri Perekonomian Argentina Sergio Massa pada Minggu (19/11) mengakui kekalahannya dari Milei dalam pemilihan presiden negara itu.
Segera setelah ia menyampaikan pidato konsesinya, otoritas pemilu mulai merilis sebagian hasil penghitungan suara.
Dengan 95% suara yang sudah dihitung, Milei mengantongi 55,8% suara, sementara Massa meraih 44,2%.
Jika angka itu bertahan hingga penghitungan suara mencapai 100%, maka selisih suara di antara kedua calon terbukti lebih besar dari yang diprediksi semua jajak pendapat.
Dengan kemenangan Milei, negara itu akan condong ke kanan di tengah ketidakpuasan akan naiknya inflasi dan kemiskinan.
BACA JUGA: Rakyat Argentina Beri Suara Dalam Pemilu, Ekonomi Jadi TaruhanKemenangan itu juga akan memberdayakan sang anggota parlemen baru yang menggambarkan dirinya sebagai seorang anarko-kapitalis.
Milei, yang sering disamakan dengan mantan Presiden AS Donald Trump, menjanjikan perubahan besar pada negaranya.
Ia mengusulkan pengurangan ukuran pemerintahan dan pengendalian inflasi, sementara Massa justru memperingatkan dampak negatif kebijakan semacam itu.
Massa, sebagai salah satu tokoh paling menonjol dalam pemerintahan yang sangat tidak populer, pernah dinilai memiliki peluang kecil untuk menang.
Namun ia berhasil memobilisasi jaringan partai Peronisnya dan meraih posisi pertama pada putaran pertama pemungutan suara.
Kampanyenya telah memperingatkan masyarakat Argentina bahwa program lawannya akan mengancam layanan publik dan program kesejahteraan yang diandalkan banyak orang.
Ia juga menyoroti retorika lawannya yang kerap agresif dan secara terbuka mempertanyakan kepekaan mentalnya. [rd/rs]