VOA - Pada awal pekan ini Presiden Joko Widodo memberi sinyal bahwa pandemi COVID-19 akan segera berakhir. Sikap pemerintah itu seiring dengan pernyataan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan berakhirnya pandemi COVID-19 “telah di depan mata”. Kendati demikian, Guru Besar Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Amin Soebandrio mengatakan, protokol kesehatan (prokes) seperti memakai masker dan menjaga kebersihan harus tetap dijadikan sebagai gaya hidup.
"Pertama apa yang disarankan selama ini mulai dari pakai masker dan menjaga kebersihan serta jarak itu hendaknya dijadikan gaya hidup. Tetap dilakukan karena virus masih bersikulasi di sekeliling kita," kata Amin dalam diskusi BNPB Indonesia secara daring, Rabu (5/10).
Saat ini jumlah kasus COVID-19 cenderung menurun dan pemerintah bisa dikatakan telah berhasil mengendalikan kasus COVID-19. Namun, Amin menilai virus-virus tersebut belum sepenuhnya bisa dieliminasi.
"Jadi perlu memberi semangat kepada masyarakat bahwa sejauh ini kita berhasil mengendalikan tapi bukan mengeliminasi dilihat dari kasusnya yang menurun. WHO mengatakan pandemi akan segera berakhir tapi tetap saja kita diminta untuk memahami situasi ini," ujarnya.
Amin menjelaskan, strategi mempercepat kondisi pandemi menjadi endemi adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang aspek penularan COVID-19. Lalu, melihat angka reproduksi efektif virus tersebut harus berada di bawah 1 yakni 0,8 merupakan indikator pandemi akan segera berakhir.
"Selama angka reproduksinya di atas 1 berarti masih akan pertambahan jumlah kasus. Tapi kalau kemudian angka reproduksi bisa ditekan itu diharapkan penularannya akan terus menurun," jelasnya.
Adapun parameter untuk mempercepat situasi pandemi menjadi endemi selain penularan adalah melihat berat ringannya kasus COVID-19. Kemudian, pemerintah yang saat ini sudah mengendurkan kebijakan terkait mobilitas masyarakat juga merupakan sinyal untuk mengubah situasi pandemi menjadi endemi.
"Artinya sudah dianggap bahwa potensi penularannya semakin kecil. Tapi setiap masyarakat harus berupaya untuk bisa mencegah atau memutuskan rantai penularan itu terkait dengan kebiasaan hidup yang sudah kita pelajari sejak awal pandemi seperti memakai masker dan menjaga kebersihan. Ditambah kesadaran masyarakat untuk melakukan penilaian mandiri (terkait COVID-19)," ucap Amin.
Potensi Munculnya Virus Lain Serupa COVID-19 Tetap Ada
Kendati berakhirnya pandemi COVID-19 telah di ambang mata, pemerintah dan masyarakat harus tetap mewaspadai kemungkinan adanya patogen atau virus lain yang serupa turunan dari Omicron maupun hasil mutasinya itu bisa menyebabkan munculnya kembali COVID-19.
"Mungkin kasus COVID-19 sebenarnya tidak bertambah tapi ada patogen lain yang terjadi bersamaan. Kewaspadaan (masyarakat) harus tetap tinggi," ujar Amin.
Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Asri Adisasmita mengatakan, perubahan situasi pandemi COVID-19 menjadi endemi bisa dinilai dari angka kematian dan kesakitan yang berat sudah rendah dibandingkan sebelumnya.
Kemudian, cakupan vaksinasi yang tinggi juga menjadi salah satu indikator perubahan pandemi ke endemi. Namun, masyarakat diminta untuk tidak terlena dengan situasi saat ini.
"Walaupun sudah ada perbaikan dan keadaan (pandemi) akan berhenti tapi tetap testing (COVID-19) itu tetap dilakukan. Kita harus melakukan pemetaan terkait mutasi-mutasi tersebut. Walaupun penularannya tidak seperti yang lalu. Tapi memakai masker dan menghindari kerumunan hal-hal seperti itu harus tetap kita jaga," ucap Asri.
Masih kata Asri, situasi pandemi dapat dikatakan sebagai endemi apabila suatu penyakit tidak lagi menimbulkan morbiditas dan tak menyebabkan angka kematian yang tinggi.
"Walaupun sudah turun sekali tapi kita tetap tidak bisa melewatkan begitu saja (prokes)," pungkas Asri.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengisyaratkan untuk segera mencabut status pandemi COVID-19. “Pandemi memang mulai mereda. Mungkin sebentar lagi akan dinyatakan pandemi sudah berakhir,” ungkap Jokowi dalam acara Peluncuran Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas di Jakarta, Senin (4/10) kemarin. [aa/em]