Ribuan demonstran berkumpul di pusat perbelanjaan di Bangkok, Thailand, Minggu (25/10), setelah Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha mengabaikan “tenggat” yang ditetapkan gerakan demonstran itu untuk mengundurkan diri.
Demonstrasi berskala luas yang dipimpin mahasiswa pekan lalu menuntut mundurnya Prayuth Chan-o-cha, yang telah berkuasa sejak 2014 lewat kudeta, selambat-lambatnya pada Sabtu (24/10). Ketika mendekati tenggat itu, para demonstran sempat mendekati perempatan Ratchaprasong untuk menguatkan tuntutan mereka.
Demonstrasi yang kembali terjadi pada Minggu (25/10) hanya berselang sehari menjelang sidang khusus parlemen pada Senin (26/10) yang bertujuan meredakan ketegangan politik.
Prayuth menggambarkan sidang khusus itu menuju tercapainya “jalan tengah.”
Selain menuntut perubahan konstitusi, para demonstran berupaya mengurangi pengaruh kerajaan Thailand. Institusi itu mempertahankan status seperti dewa yang dimiliki sebagian elit Thailand dan dilindungi undang-undang “lese majeste” yang sangat keras, yang memungkinkan dijatuhkannya hukuman penjara terhadap siapapun yang dinilai menghina kerajaan. [em/jm]