Jelang World Water Forum, Polisi Perketat Keamanan di Bali

  • Yoanes Litha

Seorang aktivis lingkungan duduk di atas papan selancar sambil memungut sampah dari sungai yang berserakan sampah saat bersih-bersih sungai di Pecatu, Bali, Jumat, 22 Maret 2024. (Foto: AP)

Polri menggelar Operasi Puri Agung 2024 pada 17 Mei hingga 26 Mei 2024 untuk mengamankan pelaksanaan Forum Air Dunia atau World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali. Pengawasan ketat dilakukan terhadap arus masuk menuju Bali melalui jalur laut di pelabuhan menggunakan teknologi kamera pengenalan wajah.

Bali bersiap menggelar forum internasional lainnya pada bulan ini di mana kini pulau Dewata itu akan menjadi tuan rumah perhelatan Forum Air Dunia atau World Water Forum (WWF) ke-10.

Dalam upaya memuluskan perhelatan tersebut, Kepala Biro Pembinaan Operasi (Karobinops) Sops Polri, Brigjen Polisi Auliansyah Lubis mengatakan sebanyak 5.791 personie Polri akan dilibatkan dalam pengamanan pelaksanaan WWF di Bali, yang berlangsung pada 18 hingga 25 Mei mendatang.

Digelar dalam bingkai Operasi Puri Agung 2024, pengamanan dilakukan menggunakan pola klaster yang akan memudahkan melakukan pengecekan dan pengendalian untuk menjaga ketertiban dan keamanan.

“Kami dalam operasi ini membuat lima klaster, diantaranya klaster Sanur, klaster Kuta, klaster Jimbaran, klaster Nusa Dua Selatan dan klaster Nusa Dua Utara,” ujar Auliansyah dalam konferensi pers bertajuk “Persiapan Keamanan Jelang World Water Forum Ke-10” yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada Senin (13/5).

Seorang pemulung meminum air sambil mengumpulkan sampah plastik untuk dijual ke pusat daur ulang di tempat pembuangan sampah di Medan, Sumatra Utara pada 27 Maret 2024. (Foto: AFP)

Di masing-masing klaster, menurut Auliansyah, terdapat tempat kegiatan maupun tempat menginap tamu negara dan delegasi yang hadir. Berdasarkan data terakhir, sebanyak 11 hotel akan menjadi tempat akomodasi bagi para delegasi baik delegasi tingkat presiden atau kepala negara maupun setingkat VIP.

Pengamanan di Pelabuhan

Pihak kepolisian juga telah membentuk satuan tugas pengamanan wilayah yang berada di perbatasan atau pintu masuk dari luar pulau Bali yaitu di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Satgas pengamanan wilayah yang dilengkapi dengan kamera pengenalan wajah tersebut fokus mengawasi masyarakat yang akan masuk ke Bali melalui jalur laut. Kamera pengenalan wajah terhubung dengan basis data Polri terkait dengan teroris dan pelaku-pelaku tindakan kriminal.

Your browser doesn’t support HTML5

Jelang World Water Forum, Polisi Perketat Keamanan di Bali

“Jadi kalau nanti ada di antara masyarakat yang masuk ke sana terdata di database kami, oh ini, itu nanti akan menjadi atensi kami, bisa nanti mungkin sebagai awal kita minta keterangan, maksudnya apa, kita cek apakah ada bawaan lain dan sesuatunya, sehingga yang tadi kita sampaikan bahwa Pulau Dewata selama pelaksanaan World Water Forum ini benar-benar bisa kondusif,” jelas Auliansyah.

Ia menambahkan bahwa Polri telah menyiapkan pusat komando (Posko) 91 Command Center ITDC di Nusa Dua Bali yang memonitor 1.791 CCTV yang terpasang di tempat akomodasi delegasi, tempat pelaksanaan kegiatan, jalan raya serta tempat objek wisata.

Peserta berjalan melewati logo Forum Air Dunia ke-6 di Marseille, 12 Maret 2012. (Foto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier)

Wilayah Nusa Dua sendiri pada 2022 menjadi perhelatan akbar dari pertemuan para pemimpin G20.

Mengantisipasi adanya aksi unjuk rasa selama perhelatan Forum Air Dunia, pihak kepolisian mempersilahkan aksi untuk dilakukan di lapangan Renon Denpasar.

“Tapi, besar harapan kami supaya lebih kondusifnya, mungkin terlihat ademnya Indonesia, bagaimana ramahnya Indonesia. Kalau boleh, harapan kami adalah apabila menurunkan pendapat nantilah, setelah selesai acara World Water Forum ini,” harap Auliansyah.

Persiapan Pemprov

Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra mengatakan pihaknya telah menyiapkan acara tersendiri untuk menyambut delegasi yang hadir dalam kegiatan Forum Air Dunia ke-10 yaitu upacara ritual Segara Kerthi yang dilaksanakan di wilayah Pantai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali di Kota Denpasar pada 18 Mei 2024. Segara Kerthi bermakna pemuliaan pada air, khususnya pantai dan laut.

“Di situ kami melakukan upacara bagaimana kami memuliakan air untuk kehidupan ini dan itu akan disaksikan oleh seluruh delegasi yang bisa hadir nantinya. Ini adalah poin kami yang kami berikan nama Bali Nice. Satu pertunjukan dari Bali yang kami sumbangkan untuk peserta delegasi ini untuk menunjukkan bahwa Bali juga memiliki kultur bagaimana memuliakan air ini,” jelas Dewa Made Indra dalam konferensi pers yang digelar Forum Merdeka Barat 9, Selasa (7/5) lalu.

BACA JUGA: Hari Bumi Berfokus pada Upaya Konservasi

Pemprov Bali juga menyiapkan tempat yang dapat dikunjungi oleh delegasi diantaranya desa Jatiluwih yang terkenal dengan sistem irigasi tradisional sawah atau subak. Subak Jatiluwih ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2012.

Dalam edisi ke-10, WWF mengangkat tema “Air untuk Kesejahteraan Bersama.” Sekitar 35 ribu delegasi, yang terdiri dari para pemangku kepentingan hingga akademisi, dari 193 negara di dunia diperkirakan hadir dalam gelaran tahun ini.

Forum Air Dunia menjadi pertemuan internasional terbesar yang membahas tentang isu-isu air secara global. Khususnya membahas sekaligus merumuskan kebijakan tata kelola air dan sanitasi dunia.

Forum Air Dunia ke-10 akan fokus pada isu-isu konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam. [yl/rs]