Pilihan Presiden Trump untuk jabatan Ketua Gabungan Kepala Staf berikutnya, Jenderal Mark Milley, mengatakan meninggalkan Afghanistan secara prematur merupakan ‘kesalahan strategis’. Hal ini dikemukakannya selagi Amerika dan Taleban sedang berunding mencari penyelesaian damai bagi perang yang sudah hampir 20 tahun di sana.
"Saya pikir akan berjalan lambat, menyakitkan dan sulit. Saya lama bertugas di sana, namun saya juga berpendapat penarikan dimaksud perlu," kata Jenderal Mark Milley yang sekarang masih menjabat Kepala Staf Angkatan Darat.
Keterangan ini diberikannya dalam sidang dengar keterangan mengenai nominasinya yang diadakan Komite Angkatan Bersenjata Senat hari Kamis (11/7).
Milley mengatakan, ia melihat ada kemajuan dalam perundingan damai untuk mengakhiri perang di Afghanistan.
Suatu perjanjian antara Amerika dan Taliban memang diharapkan dan berpusat pada janji Amerika menarik pasukan asing sebagai imbalan bagi janji Taleban tidak akan membiarkan Afghanistan dipergunakan sebagai basis terorisme.
Ketika ditanya tentang Iran, ia mengatakan intensitas Teheran melakukan kegiatan jahat meningkat sejak Amerika keluar dari Perjanjian Nuklir tahun 2015. Ia juga mengatakan bahwa Iran ‘senantiasa aktor perusak’ dan kelompok teroris yan didukung Iran membunuh anggota militer Amerika di Irak.
Jenderal Milley mengemukakan pandangannya sementara Inggris mengatakan hari Kamis tiga kapal Iran mencoba namun gagal untuk mencegah satu kapal niaga Inggris melayari Selat Hormuz. Ketiga kapal Iran itu mengobah arah setelah mendapat peringatan lisan dari satu kapal Angkatan Laut Inggris yang mengawal kapal niaga tersebut.
"Kami cemas oleh peristiwa itu dan terus mendesak Iran agar tidak meningkatkan ketegangan di kawasan sana," kata pemerintah Inggris.
Pengawal Revolusi Iran membantah terlibat dalam peristiwa itu.
Di samping perang di Afganistan dan meningkatnya ketegangan dengan Iran, Milley mengatakan bahwa perhatian utamanya adalah modernisasi dan rekapitalisasi senjata nuklir triad Amerika.
Triad nuklir adalah kekuatan Amerika untuk merespons ancaman senjata nuklir dari udara, laut dan darat dengan pesawat pengebom, kapal selam dan misil balistik antar benua.
Banyak alasan mengapa tidak ada perang antara negara kekuatan besar sejak tahun 1945. Jelas satu daripadanya adalah senjata nuklir penangkal, tegasnya. Akhirnya ia mengatakan, tata internasional dewasa ini dalam keadaan paling stres sejak akhir Perang Dingin’. (al/ka)