Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Senin (21/12) memimpin pertemuan dalam upaya mengatasi perebakan jenis baru virus corona di bagian selatan negara itu. Uni Eropa menanggapi perkembangan terakhir virus ini dengan menyetujui vaksin buatan Pfizer-BioNTech sementara negara-negara Asia mulai memberlakukan larangan penerbangan dari Inggris.
Pimpinan badan pengawas obat-obatan Uni Eropa, Emer Cooke, Senin (21/12) mengumumkan persetujuan blok itu atas penggunaan vaksin buatan Pfizer-BioNTech dan yakin vaksin itu akan melindungi warga dari virus baru yang sebagian besar ditemukan di Inggris. “Pada saat ini tidak ada bukti bahwa vaksin ini tidak akan mempan melawan jenis virus baru,” jelasnya.
BACA JUGA: PM Inggris Gelar Rapat Darurat Bahas Larangan Penerbangan, Mutasi VirusIndia, Senin (12/21) mengatakan bergabung dengan negara-negara lain yang untuk sementara waktu menangguhkan semua penerbangan dari Inggris setelah perebakan jenis baru virus itu.
Kementerian penerbangan India dalam cuitannya di Twitter mengatakan “mengingat situasi yang sedang berlangsung di Inggris, pemerintah India memutuskan semua penerbangan yang berasal dari Inggris ke India akan ditangguhkan sampai 31 Desember”.
India mengatakan penangguhan itu akan dimulai Selasa malam (22/12) dan sebagai upaya berjaga-jaga para penumpang yang tiba dari Inggris pada penerbangan transit akan diwajibkan menjalani tes PCR ketika tiba di negara itu.
BACA JUGA: India Catat 10 Juta Kasus Virus CoronaInggris menjadi tempat tinggal sejumlah besar diaspora India dan beberapa penerbangan per hari membawa ratusan penumpang dari London ke New Delhi dan London ke Mumbai serta sebaliknya.
India sudah melaporkan rekor kasus infeksi virus corona 10 juta dengan 145.000 kematian dan menjadi negara kedua dengan kasus tertinggi setelah Amerika.
Pihak berwenang di Hong Kong, bekas koloni Inggris, juga mengatakan akan melarang penerbangan Inggris mulai Selasa.
Menteri Kesehatan Sophia Chan mengatakan jenis baru virus corona ini “sangat ganas”.
“Kita tidak pernah memberlakukan peraturan seketat ini terhadap tempat manapun sebelumnya, tetapi kami menganggap mutasi virus tersebut sangat ganas dan kita harus menghentikan mutasi virus itu dari sumbernya,” jelasnya.
Chan mengatakan penumpang yang tiba dari Inggris baru-baru ini akan dikarantina selama 21 hari, satu minggu lebih lama dari periode biasanya selama 14 hari.
Tindakan Hong Kong dan India mengikuti larangan serupa yang diberlakukan negara-negara seperti Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Irlandia, Kanada dan Belanda.
Meski demikian Amerika masih menahan diri dari tindakan serupa sementara Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan yakin peraturan karantina selama 14 hari bagi kedatangan dari Inggris cukup untuk mengatasi ancaman virus baru tersebut. [my/jm]