Jepang berencana menyertakan langkah-langkah untuk meningkatkan angka kelahiran, seperti akses lebih mudah terhadap tempat penitipan anak dan insentif-insentif pajak, dalam paket reformasi yang akan dikeluarkan bulan ini untuk mengatasi sumbatan botol terbesar untuk pertumbuhan ekonomi.
Populasi Jepang mulai menurun empat tahun lalu setelah beberapa tahun menghadapi peringatan bahwa angka kelahiran terlalu rendah. Hal ini memicu beberapa ekonom memuji keputusan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk menaruh isu itu dalam agenda reformasi.
"Saya ingin mengkonfrontasi masalah demografi secara langsung dan memberi penekanan khusus pada kebijakan-kebijakan yang akan berkontribusi pada angka kelahiran bayi," ujar Abe hari Kamis (12/11) setelah pertemuan kabinet.
Namun, yang lainnya mengingatkan bahwa pemerintah sudah ketinggalan jauh dalam isu kependudukan sehingga akan sulit meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa membuka pintu untuk imigrasi skala besar.
Sebagian besar negara akan mencari jalan keluar pada imigrasi, namun hal ini telah mendapat tentangan dari para politisi dan publik, yang sangat bangga dengan masyarakat negara itu yang homogen.
"Fasilitas penitipan anak kurang dan penting untuk meningkatkannya," ujar Hiroshi Shiraishi, ekonom senior di BNP Paribas Securities.
"Namun, hal ini tidak akan mendongkrak pertumbuhan dalam lima tahun mendatang. Cara yang lebih langsung adalah melalui imigrasi."
Abe ingin meningkatkan angka kelahiran menjadi 1,8 per perempuan dari 1,42 saat ini dengan melonggarkan aturan-aturan untuk penyedia layanan penitipan anak dan membuat perempuan lebih mudah untuk kembali bekerja setelah anak lahir.
Usulan-usulan lain yang akan dipertimbangkan pemerintah adalah pelonggaran pajak untuk beberapa pekerja paruh waktu dan pinjaman bebas bunga untuk biaya pendidikan tinggi.
Idenya adalah untuk mencegah jumlah penduduk jatuh ke bawah 100 juta dari 127 juta orang saat ini. Ekonomi-ekonomi yang lebih maju biasanya memerlukan angka kelahiran sekitar 2,1 per perempuan hanya untuk menstabilkan populasi.
Populasi Jepang diproyeksikan jatuh sekitar sepertiganya ke 87 juta tahun 2060, menurut Lembaga Nasional untuk Riset Kependudukan dan Jaminan Sosial.
Populasi usia kerja Jepang memuncak pertengahan 1990an dan terus jatuh setelah itu, menurut data Kementerian Dlaam Negeri. Proyeksi-proyeksi menunjukkan bahwa angkatan kerja dapat jatuh ke 44 juta tahun 2060, atau setengah dari jumlah puncak.
Penghapusan kebijakan satu anak di China dan pemberlakuan kebijakan dua anak diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara itu sekitar 0,5 poin persentase, menurut seorang pejabat senior China hari Selasa. [hd]