Jepang dan AS Sepakati Pengembangan Pencegat Rudal Hipersonik

Bendera AS dan Jepang tampak berkibar di luar Gedung Putih di Washington pada 27 April 2015. (Foto: REUTERS/Kevin Lamarque)

Jepang dan Amerika Serikat berencana untuk mengembangkan sistem pencegat untuk menembak jatuh rudal hipersonik pada 2030, di bawah perjanjian yang ditandatangani kedua negara pada Rabu (15/5).

Rencana itu, yang dilaporkan berbiaya lebih dari $3 miliar, diumumkan pertama kali pada Agustus tahun lalu, ketika pemimpin kedua negara bertemu dalam sebuah KTT bersama Korea Selatan di Camp David, pinggiran Washington.

“Pada beberapa tahun terakhir, di sekitar Jepang, teknologi terkait rudal seperti senjata hipersonik telah meningkat secara dramatis,” kata kementerian pertahanan AS dalam sebuah pernyataan terkait kesepakatan untuk mengembangkan bersama apa yang disebut sebagai Pencegat Fase Luncur (Glide Phase Interceptor/GPI).

“Memperkuat kemampuan pencegatan senjata hipersonik adalah isu yang penting.”

BACA JUGA: Menhan AS, Jepang, Australia dan Filipina Bahas Hubungan Pertahanan di Hawaii

Pemerintah Jepang telah memasukkan 75 miliar yen atau $480 juta di anggaran 2024 mereka bagi pengembangan teknologi pencegat ini.

Rudal hipersonik terbang dalam kecepatan lebih lima kali lipat kecepatan suara dan memiliki lintasan yang tidak teratur, dan membuatnya sulit untuk dicegat.

Anggaran 75 miliar yen itu merupakan bagian dari rekor anggaran pertahanan 7,95 triliun yen yang disetujui tahun lalu, ketika ketegangan dengan China dan Korea Utara meningkat.

Perdana Menteri Fumio Kishida berjanji untuk menggandakan belanja pertahanan ke standar NATO yaitu dua persen PDB pada 2027.

Jepang memiliki konstitusi pascaperang yang sifatnya damai, yang membatasi kapasitas militer mereka hanya ke tindakan yang merupakan bentuk pertahanan.

Namun, negara itu memperbaharui kebijakan keamanan dan pertahanannya pada 2022, dengan secara terbuka menggarisbawahi tantangan yang ditimbulkan oleh China. [ns/uh]