Jepang Gelar Pemilu Saat Partai Berkuasa Mengharapkan Awal yang Baru

Anggota staf kampanye pemilu memamerkan papan tanda penanggulangan pandemi COVID-19, sebelum pidato Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang juga Presiden Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, di Tokyo, Jepang, 30 Oktober 2021. ( Foto: REUTERS/Issei Ka

Tempat-tempat pemungutan suara (TPS) dibuka pada Minggu (31/10) dalam Pemilihan Umum Jepang. Perdana Menteri Fumio Kishida berharap bisa merebut suara masyarakat yang sudah lelah dengan pandemi, dengan menjanjikan berbagai anggaran belanja apabila terpilih, seiring partai konservatifnya yang telah lama berkuasa mencoba membuka lembaran baru.

Kishida menjadi perdana menteri sekaligus pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) sebulan lalu. Dia menggantikan Yoshihide Suga mengundurkan diri hanya setahun setelah menjabat, sebagian akibat penilaian buruk publik atas caranya mengatasi krisis pandemi COVID-19.

Menyusul gelombang infeksi yang memecahkan rekor dan mendorong penyelenggaraan Olimpiade Tokyo secara tertutup, kini jumlah kasus telah menurun tajam dan sebagian besar aturan pembatasan pun telah dicabut.

Kandidat pemilihan presiden dari Partai Demokrat Liberal yang berkuasa berpose sebelum sesi debat yang diadakan oleh Japan National Press Club,18 September 2021 di Tokyo, Jepang. (Foto: via Reuters)

Para pengamat mengatakan meski perkembangan tersebut dapat meredakan rasa frustrasi pemilih, LDP – yang hampir selalu memegang kekuasaan sejak 1950-an – kemungkinan akan kehilangan kursi dan kesulitan untuk mempertahankan mayoritas suaranya di parlemen.

Kishida, yang berusia 64 tahun, telah berjanji untuk mengeluarkan paket stimulus baru senilai puluhan triliun yen untuk mengatasi dampak pandemi di ekonomi ketiga terbesar dunia itu.

Ia juga telah menguraikan rencana untuk mendistribusikan kekayaan secara lebih adil berdasarkan skema yang disebut “kapitalisme baru,” meski rinciannya masih belum jelas.

BACA JUGA: Kandidat Pemilu Jepang Memperdebatkan Kebijakan

Meski demikian, sebanyak 106 juta pemilih Jepang “tak terlalu bergairah dengan perdana menteri baru itu,” kata Stefan Angrick, ekonom senior Moody’s Analytics.

“Kishida menghadapi tantangan dengan rendahnya peringkat persetujuan (atau dukungan) dan pihak oposisi yang lebih terkoordinasi. Walau begitu, situasi COVID-19 dan prospek ekonomi yang membaik menjadi faktor-faktor yang menguntungkannya.” [rd/ft]