Jepang pada Rabu (1/12) mulai menawarkan suntikan penguat (booster) vaksin virus corona kepada petugas kesehatan di tengah meningkatnya kekhawatiran atas varian baru virus yang telah terdeteksi di negara tersebut.
Upaya vaksinasi awal Jepang dimulai pada pertengahan Februari dan beberapa pekerja medis yang telah menerima suntikan lebih dari sembilan bulan yang lalu sekarang ingin mendapatkan perlindungan tambahan sebelum kemungkinan menghadapi gelombang infeksi berikutnya. Tuntutan mereka muncul terutama setelah varian baru yang dikenal sebagai omicron ditemukan di Jepang pada Selasa (30/11).
Di Pusat Medis Tokyo, sekelompok perawat dan dokter menerima suntikan booster. ''Ini adalah langkah pertama yang penting bagi pasien kami dan keluarga mereka untuk merasa aman,'' kata kepala rumah sakit Kazuhiro Araki.
Meskipun kemanjuran vaksin terhadap varian baru masih diselidiki, booster penting, kata Araki, karena vaksin tetap efektif melawan jenis virus lain, termasuk delta, yang memberi tekanan besar pada sistem perawatan kesehatan Jepang musim panas ini.
Pada prinsipnya, mereka yang menerima suntikan kedua delapan bulan lalu memenuhi syarat untuk suntikan ketiga untuk mencegah infeksi baru. Kelayakan dapat dipersingkat menjadi enam bulan jika ada lonjakan kasus, kata para pejabat.
Program vaksinasi di Jepang dimulai dengan lambat tetapi melonjak dari akhir Mei dan seterusnya. Saat ini sekitar 77% populasi telah divaksinasi penuh. Para ahli mengatakan, tingginya tingkat vaksinasi ini merupakan alasan utama mengapa terjadi perlambatan infeksi yang stabil di Jepang sejak September.
Suntikan booster untuk orang-orang lanjut usia, yang menerima suntikan pertama mulai April, diperkirakan akan dimulai Januari mendatang.
BACA JUGA: Jepang Konfirmasi Kasus Pertama Virus Corona Varian BaruProgram booster dimulai di tengah ketakutan global atas varian baru. Kasus omicron pertama di Jepang terdeteksi, Selasa (30/11), pada seorang diplomat Namibia yang baru saja tiba dari negara itu.
Jepang melarang semua pengunjung asing mulai Selasa sebagai tindakan pencegahan darurat terhadap varian baru. Larangan tentatif itu meluas hingga akhir tahun. Pemerintah juga mewajibkan warga negara Jepang yang tiba di negara itu untuk dikarantina hingga 14 hari.
Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan Senin lalu bahwa risiko global dari varian omicron “sangat tinggi'' berdasarkan bukti awal, dengan mengatakan itu dapat menyebabkan lonjakan kasus dengan “konsekuensi yang parah''. [ab/uh]