Jepang, Vietnam Bahas Bantuan Militer Jepang di Tengah Ancaman China

PM Jepang Fumio Kishida (kanan) dan tamunya, Presiden Vietnam Vo Van Thuong mengadakan pembicaraan di Tokyo hari Senin (27/11).

Jepang dan Vietnam pada hari Senin (27/11) sepakat untuk mempererat hubungan keamanan dan ekonominya dalam menghadapi pengaruh China yang semakin besar di wilayah tersebut.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Vietnam Vo Van Thuong mengadakan pembicaraan di Tokyo dan sepakat untuk memperluas kerja sama keamanan mereka. Kedua negara bekerja sama dalam hal peralatan pertahanan dan transfer teknologi dan mulai membahas program bantuan baru Jepang untuk militer negara-negara berkembang serupa yang berpandangan sama di kawasan itu.

Menurut pernyataan bersama yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Jepang, kedua pemimpin mengatakan hubungan Jepang-Vietnam akan menjadi “kemitraan strategis yang komprehensif,” membawa kerja sama mereka yang sedang berlangsung ke “tingkat baru dan memperluasnya ke bidang-bidang baru.”

Jepang dengan cepat menjalin hubungan yang lebih erat dengan Vietnam, negara penting di Asia Tenggara yang berperan penting dalam bidang keamanan dan ekonomi di kawasan ini dalam menghadapi kebangkitan China dan persaingan dengan Amerika serta negara-negara Barat lainnya.

Pengumuman pada hari Senin ini berarti Jepang kini telah memperoleh status sebagai mitra utama Vietnam, bersama dengan Amerika China dan India.

BACA JUGA: China dan AS Saling Tuding atas Keberadaan Kapal AS di Laut China Selatan

Pada konferensi pers bersama setelah pertemuan kedua pemimpin, Kishida mengatakan Vietnam adalah “mitra utama dalam mencapai Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.” Thuong mengatakan bahwa kerja sama yang erat antara kedua negara berkontribusi terhadap perdamaian dan kemakmuran kawasan.

Berdasarkan Bantuan Keamanan Resmi, Jepang baru-baru ini setuju untuk menyediakan radar pengawasan pantai kepada Filipina, negara strategis penting lainnya di Asia Tenggara bagi Jepang dan AS di tengah meningkatnya ketegangan terkait Taiwan, yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya.

Pemerintahan Kishida pada bulan Desember mengadopsi strategi keamanan baru, yang melibatkan peningkatan kekuatan militer secara signifikan, termasuk kemampuan serangan balik yang merupakan perubahan besar dari prinsip pertahanan diri pascaperang yang diterapkan Jepang.

Jepang dalam beberapa tahun terakhir juga telah menyediakan beberapa kapal patroli kepada Vietnam untuk membantu memperkuat kemampuan penegakan hukum di laut. Vietnam adalah salah satu dari beberapa negara yang mempertahankan kepentingan teritorialnya dari China di Laut China Selatan yang disengketakan. Jepang telah lama berselisih dengan China mengenai pulau-pulau di Laut China Timur.

Kishida dan Thuong sepakat untuk memperluas kerja sama mereka di berbagai bidang mulai dari perdagangan, perubahan iklim, dan ekonomi untuk mencapai “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”

Thoung, yang sedang melakukan kunjungan empat hari sebagai tamu kenegaraan langka untuk memperingati 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara, juga akan mengunjungi Istana Kekaisaran untuk bertemu dan makan siang yang dipandu oleh Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako. Ia juga akan berpidato di Majelis Rendah, yang merupakan lembaga yang lebih berkuasa di antara dua majelis parlemen Jepang, dan mengunjungi fasilitas energi hidrogen di Fukuoka di Jepang selatan. [my/jm]