“Tenaga nuklir, tidak terima kasih!”
Slogan yang pernah menghiasi bumper banyak mobil di Jerman menjadi kenyatan pada Sabtu (15/4) saat negara Eropa itu mematikan tiga pembangkit nuklir yang tersisa. Penutupan pembangkit nuklir itu sejalan dengan transisi ke energi terbarukan yang sudah direncanakan sejak lama.
Penutupan pembangkit Emsland, Neckarwestheim II dan Isar II menjelang tengah malam disambut oleh aktivis antinuklir yang berkumpul di luar ketiga reaktor itu dan di berbagai pawai di Berlin dan Munich. Namun, di dalam reaktor, para anggota staf menggelar upacara yang lebih muram untuk menandai momen bersejarah itu.
BACA JUGA: Ukraina Minta PBB Bahas Rencana Pengerahan Senjata Nuklir RusiaProtes-protes antinuklir yang berlangsung selama berdasawarsa di Jerman menekan pemerintah untuk mengakhiri penggunaan teknologi yang menurut para kritikus, tidak aman dan tidak berkelanjutan. Demonstrasi antinuklir itu juga dipicu oleh bencana reaktor nuklir di Three Mile Island, Chernobyl dan Fukushima.
Keputusan Jerman untuk menghentikan penggunaan pembangkit nuklir memicu keraguan di dalam dan luar negeri serta upaya menghentikan keputusan itu pada menit-menit terakhir. Pasalnya, negara-negara industri lainnya, seperti Amerika Serikat, Jepang, China, Prancis dan Inggris, makin mengandalkan energi nuklir untuk menggantikan bahan bakar fosil yang mengakibatkan pemanasan global.
Ketika harga-harga energi melonjak pada tahun lalu karena perang di Ukraina, beberapa anggota pemerintahan Kanselir Jerman Olaf Scholz, ragu-ragu untuk menutup pembangkit nuklir sesuai jadwal, yaitu 31 Desember 2022. Jalan tengahnya, Scholz setuju untuk memperpanjang tenggat satu kali, tetapi bersikukuh bahwa hitung mundur tetap dilaksanakan pada 15 April.
BACA JUGA: ASEAN Perkuat Keamanan Nuklir, Indonesia Perluas PemanfaatanNamun, Gubernur Bavaria yang konservatif, Markus Soeder, yang mendukung tenggat awal yang ditetapkan pada 2011 ketika Kanselir Angela Merkel masih memimpin Jerman, mengatakan penghentian itu “keputusan yang jelas salah.”
“Kita butuh setiap jenis energi yang ada. Kalau tidak, kita berisiko menghadapi harga-harga listrik yang makin tinggi dan bisnis-bisnis yang kabur.”
Pemerintah Jerman mengakui bahwa untuk memenuhi kebutuhan energi jangka pendek, negara itu akan lebih bergantung pada batubara yang menyebabkan polusi dan gas alam. Bahkan pada saat negara itu menggenjot pembangkitan listrik dari tenaga surya dan bayu secara besar-besaran. Jerman menargetkan akan mencapai karbon netral pada 2045. Pada saat itu, banyak pembangkit nuklir Jerman yang akan dibongkar. Pembongkaran pembangkit nuklir memakan biaya yang cukup mahal.
Limbah nuklir
Pertanyaan yang masih belum terjawab adalah apa yang harus dilakukan dengan bahan radioaktif yang menumpuk selama 62 tahun sejak reaktor nuklir pertama Jerman mulai beroperasi. Sejumlah upaya untuk mencari tempat penyimpanan ratusan kontainer berisi sampah beracun menemui penolakan keras dari kelompok-kelompok masyarakat dan para pejabat, termasuk dari Soeder, Gubernur Bavaria.
“Pembangkit tenaga nuklir memasok listrik untuk tiga generasi, tetapi warisannya masih berbahaya untuk 30.000 generasi,” kata Menteri Lingkungan Hidup Jerman Steffi Lemke.
Mencari tempat penyimpanan yang aman untuk menyimpan bahan bakar nuklir yang sudah terpakai menjadi masalah bagi negara-negara yang menggunakan teknologi itu, termasuk AS. Tetap saja Menteri Energi AS Jennifer Granholm sudah mengatakan bahwa tenaga nuklir akan memainkan “peran penting dalam masa depan energi bersih Amerika.” Pekan ini, Granholm menyambut keputusan Jepang untuk mengoperasikan kembali banyak reaktor nuklirnya.
Ketika perdebatan kembali memanas di Jerman tentang apakah penutupan reaktor nuklir adalah gagasan yang bagus, pejabat yang bertanggung jawab atas keselamatan nuklir, Gerrit Niehaus, diminta oleh seorang wartawan untuk menyimpulkan dalam satu kalimat tentang apa pelajaran yang bisa dipetik dari era nuklir yang singkat.
“Anda harus benar-benar memikirkan hingga akhir,” kata Niehaus. [ft/ah]