Jokowi Akui Tes PCR Covid-19 Masih Jauh dari Target

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola (berpakaian APD lengkap) meninjau kesiapan Laboratorium Kesehatan Pemda Sulawesi Tengah yang mulai Senin (4/5) sudah dapat memeriksa sampel swab test dengan RT-PCR. (Foto: Courtesy/Humas Pemprov Sulteng)

Ambisi pemerintah untuk melakukan 10.000 tes real time PCR per hari masih belum terlaksana. Apa kendalanya? 

Untuk menekan laju penyebaran virus Corona, tes real time Polymerase Chain Reaction (PCR) harus ditingkatkan. Namun kenyataannya, laboratorium yang tersedia baru bisa menguji 5.000 sampel dari target 10.000 per hari.

Presiden Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/5) mengatakan isu sumber daya manusia (SDM) masih jadi kendala untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan ini. Maka dari itu, ia ingin permasalahan SDM ini dan kendala lainnya terkait pengujian spesimen ini harus bisa diselesaikan pekan ini.

“Saya baru mendapatkan laporan bahwa kemampuan pengujian spesimen untuk PCR sekarang ini sudah mencapai 4.000 sampai 5.000 sampel per hari. Saya kira ini masih jauh dari target yang saya berikan yang lalu yaitu 10.000 spesimen per hari. Saya lihat terutama kesiapan SDM yang terlatih ini perlu lebih diperhatikan lagi. Juga yang berkaitan dengan masalah di alat pengujian yang masih kurang terutama untuk reagen PCR, RNA dan VTM. Dan saya minta ini segera diselesaikan dalam minggu ini,” ujar Jokowi.

Ia juga mengatakan dari 104 laboratorium yang ditugaskan untuk menguji spesimen COVID-19, hanya 53 laboratorium yang sudah beroperasi. Jokowi berharap masalah ini juga bisa segera diatasi.

Kepala Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan guna mengoptimalkan kinerja laboratorium yang ada, pihaknya akan merekrut personil TNI/POLRI yang memiliki kualifikasi di bidang perawatan dan laboratorium. Pihaknya juga berencana untuk memberikan insentif kepada petugas laboratorium, agar bisa bekerja secara maksimal. Namun Doni tidak memaparkan insentif apa yang akan diberikan.

Ketua Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Doni Monardo. (Foto: Badan Nasional Penanggulangan Bencana)

“Selain menambah personel, meningkatkan kualitas dan memotivasi petugas lab untuk bekerja bisa mencapai 24 jam. Artinya dibagi paling tidak tiga shift. Sehingga kemampuan pemeriksaan spesimen setiap hari di seluruh lab mengalami peningkatan. Termasuk upaya gugus tugas memberikan insentif kepada pekerja lab. Karena kita berkejaran dengan waktu. Ada 280.000 ODP dan PDP yang harus diperiksa optimal,” ungkap Doni.

Dalam kesempatan ini, Jokowi juga memerintahkan jajarannya untuk segera memproduksi secara massal alat kesehatan penanganan COVID-19 buatan dalam negeri.

Your browser doesn’t support HTML5

Jokowi Akui Tes PCR Covid-19 Masih Jauh dari Target

Kemenristek/BRIN telah berhasil mengembangkan PCR test kit, non-PCR diagnostic test, ventilator, danmobile laboratorium biosafety level 2 (mobile BSL-2).

“Dan saya minta inovasi-inovasi yang telah dilakukan ini mulai kita bisa produksi secara massal. Sehingga kita tidak tergantung lagi pada produk-produk impor dari negara lain. Kita harapkan nanti paling tidak akhir Mei atau awal Juni ini sudah bisa kita produksi,” ujarnya.

Ia juga melihat berbagai kemajuan yang signifikan dalam hal pengujian plasma yang rencananya akan dilakukan uji klinis dan pengujian stem sel untuk menggantikan jaringan paru-paru yang rusak. Selain itu, katanya,jalan untuk menemukan untuk COVID-19 sudah mulai terlihat.

“Kemajuan signifikan juga terjadi pada penelitian gyenome sequencing. Ini tahapan yang sangat penting dalam menuju tahap berikutnya untuk menemukan vaksin yang sesuai dengan negara kita,” jelasnya.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro. (Foto: Satgas Penanganan Covid-19)

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan alat kesehatan berupa rapid test danPCR buatan dalam negeri ini, sedang dalam tahap uji validasi dan registrasi di Kementerian Kesehatan.

“Mengenai test kit PCR, tahapannya sudah validasi dan registrasi yang akhir bulan diharapkan bisa diproduksi sampai 50.000 unit juga. Diharapkan bisa memenuhi target 10.000 test per hari nantinya,” jelas Bambang.

Jokowi Minta Antisipasi Ribuan TKI yang Akan Pulang ke Tanah Air

Presiden mendapatkan laporan sebanyak 34.300 pekerja migran Indonesia (PMI) akan tiba di Indonesia karena habis masa kontraknya. Ia pun menginstruksikan jajarannya untuk mengantisipasi kedatangan para TKI dengan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat di setiap pintu kedatangan.

“Ini agar betul betul diantispasi, disiapkan, ditangani proses kedatangan mereka di pintu-pintu masuk yang telah kita tetapkan. Dan diikuti pergerakan sampai ke daerah. Saya kira kita melihat untuk jalur udara dua pintu masuk di Soekarno Hatta dan di Bandara Ngurah Rai. Kemudian untuk ABK kapal pesiar juga di Benoa Bali, di Tanjung Priok. Dan juga pekerja migran di Malaysia lewat Batam dan Tanjung Balai. Sekali lagi ingin saya tegaskan agar diberlakukan protokol kesehatan yang ketat dengan memobilisasi sumber daya yang kita miliki. Dan juga dipastikan kesiapan tempat karantina, dipastikan rumah sakit rujukan bagi para pekerja migran kita tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan selama masa pandemi COVID-19 puluhan ribu warga negara Indonesia (WNI) telah tiba di Tanah Air.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memberikan konferensi pers secara virtual (courtesy: Kemlu RI)

“WNI yang kembali dari Malaysia hitungannya dari 18 Maret sampai 10 Mei, kenapa kita pakai tenggat karena dari 18 Maret, karena disitulah MCO dilakukan. Maka telah kembali 72.966 WNI ke Indonesia, yang menggunakan jalur laut 65 persen, jalur darat 20 persen, jalur udara 15 persen,” jelas Retno.

Dalam kesempatan ini, Retno juga melaporkan ada sebanyak 14.244 anak buah kapal (ABK) yang telah kembali ke Tanah Air melalui Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Bandara Ngurah Rai, Bali dan melalui pelabuhan Tanjung Benoa dan Tanjung Priok.

Ia pun memastikan kepulangan WNI ke Tanah Air masih akan terjadi selama beberapa waktu ke depan. Maka dari itu, guna mencegah terbentuknya klaster baru penularan virus corona, protokol kesehatan yang ketat akan dilakukan di berbagai pintu kedatangan.

Retno juga menyampaikan bahwa hingga 10 Mei, sebanyak 734 WNI terpapar COVID-19 di luar negeri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 321 masih dalam perawatan, 372 telah sembuh, dan 41 telah meninggal dunia,

Doni Monardo: PSBB Berdampak pada Penurunan Kasus COVID-19 di DKI Jakarta

Doni Monardo mengatakan bahwa kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan di sejumlah daerah berimbas pada menurunnya kasus positif virus Corona. Hal ini terlihat pada penurunan kasus di DKI Jakarta.

“Yang pertama seperti halnya DKI pada tanggal 5 April kasus terkonfirmasi positif DKI adalah 50 persen dari nasional. Setelah dilakukan PSBB dan pada tanggal 5 Mei yang lalu terjadi penurunan jumlah kasus terkonfirmasi DKI menjadi 39 persen dari nasional,” jelas Doni.

BACA JUGA: Benarkah Pertumbuhan Kasus COVID-19 Menurun di Indonesia?

Meski begitu kasus konfirmasi positif di Pulau Jawa malah meningkat, menjadi 70 persen dari nasional. Maka dari itu, ia berharap kepada daerah-daerah yang mengalami peningkatan kasus ini agar segera mengusulkan kebijakan PSBB kepada Kementerian Kesehatan, agar penularan tidak semakin meluas.

Angka Kematian Akibat COVID-19 Dekati 1.000

Juru bicara penanganan kasus virus Corona Dr Achmad Yurianto, Senin (11/5) melaporkan jumlah kasus Corona di Indonesia menjadi 14.265 setelah ada penambahan 233 kasus baru.

Update Infografis percepatan penanganan COVID-19 di Indonesia per tanggal 11 Mei 2020 Pukul 12.00 WIB. #BersatuLawanCovid19 (Foto: Twitter/@BNPB_Indonesia)

Pada hari ini tercatat ada 183 pasien yang sudah diperbolehkan pulang, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 2.881 orang. Sayangnya, angka kematian masih terus bergerak naik. Sebanyak 18 orang meninggal dunia pada Senin sehingga total penderita yang meninggal pun menjadi 991.

Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 249.105 dan pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 31.994. [gi/ab]