Panglima TNI Jenderal Agus Subianto mengatakan ia akan senantiasa melanjutkan program-program yang telah dijalankan oleh panglima TNI sebelumnya. Ia pun menegaskan visi dan misi utamanya adalah mewujudkan TNI yang PRIMA.
“Jadi sesuai visi dan misi saya, (menjadikan) TNI yang PRIMA yakni professional, responsif, integratif, modern dan adaptif,” ungkap Agus usai dilantik di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur.
Agus menjelaskan pihaknya akan senantiasa menjadikan dan melatih prajurit TNI ke depan agar bisa lebih professional (well trained), dan bisa bermanuver baik secara individu maupun kelompok. Jenderal Agus juga berkomitmen melengkapi prajurit dengan perlengkapan yang modern dari industri pertahanan dalam negeri (well equied).
“Kemudian well paid, kita akan berikan well paid (agar terjadi) operasi yang memadai. Kita akan ajukan secara bottom-up ke Kementerian Pertahanan,” tuturnya.
Adapun fokus utama TNI, menurut Agus, adalah konflik Papua, bencana alam dan pemilu di tahun depan.
Terkait Papua, kata Agus, harus dihadapi dengan kekuatan yang pintar, tetapi menggunakan soft power.
“Kita akan kedepankan operasi teritorial, kemudian hard power-nya karena mereka masih kombatan jadi kita tetap akan kita lawan dengan senjata. Tentunya dengan pasukan kita yang sudah terlatih di awal, yang well trained,” jelasnya.
Sementara terkait Pemilu yang sudah di depan mata, Agus menegaskan kembali netralitas TNI dalam pesta demokrasi ini. Menurutnya, TNI selalu bersikap netral sesuai UU nomor 42 tahun 2004 pasal 39. Pasal itu mernyebutkan, personel TNI aktif tidak boleh terlibat dalam politik praktis.
Pengamat Militer Khairul Fahmi mengatakan, visi, misi dan program para Panglima TNI ini tidak memiliki perbedaan yang siginifikan. Hal ini, kata Khairul, wajar karena visi dan misi mereka merupakan kepanjangan dari manifestasi agenda presiden.
Your browser doesn’t support HTML5
“Artinya tinggal persoalan anggaran agar bisa dijalankan atau tidak karena kita tahu bahwa kita punya keterbatasan anggaran. Dan juga dari agenda prioritas itu mungkin harus di-breakdown lagi mana yang paling menjadi prioritas dan yang paling mungkin untuk direalisasikan dalam waktu kurang lebih dua tahunan ini,” ungkap Khairul.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa dalam jangka pendek Agus harus menyelesaikan berbagai masalah yang sampai saat ini belum terpecahkan dengan baik, termasuk konflik Papua.
BACA JUGA: Pengerahan Pasukan hingga Label Teroris Tak Redam Konflik Papua“Misalnya terkait keamanan. Sejauh ini juga belum ada titik terang terkait penyanderaan pilot Selandia Baru. Apakah yang bersangkutan masih disandera, bebas, atau seperti apa. Ini harus ada segera titik terangnya,” katanya.
Selain itu yang tidak kalah penting, menurut Khairul, adalah alutsista apalagi mengingat sebelumnya pernah terjadi kecelakaan pesawat yang menewaskan personel TNI. Agus, katanya, diharapkan bisa memastikan bahwa alutsista yang dimiliki dan digunakan saat ini oleh para prajurit berada dalam kondisi siap tempur.
“Tentu saja harus dipastikan dengan benar, misalnya melakukan audit secara komprehensif terhadap permasalahan alutsista kita, kemudian bisa ditunjukkan juga bahwa modernisasi dan peremajaan merupakan sebuah keharusan dan perlu didukung oleh pemerintah, tidak hanya oleh Kementerian Pertahanan, namun juga kementerian dan lembaga lain terkait,” tuturnya.
Peningkatan kemampuan para prajurit, kata Khairul, juga penting mengingat banyak tantangan dari segala aspek yang harus dihadapi di masa depan.
“Panglima TNI sebagai pengguna kekuatan, pemegang komando dari operasional TNI, itu harus juga menempatkan perhatian pada bagaimana memperkaya kemampuan prajurit, juga memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh prajurit," kata Khairul.
"Karena pembangunan kemampuan prajurit itu penting dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi berbagai bentuk ancaman terutama non -onvensional, maupun bentuk-bentuk peperangan di masa depan yang selama ini relatif kurang dikuasai oleh para prajurit,” pungkasnya. [gi/ab]