Presiden Joko Widodo mengungkapkan pencapaian dalam bidang ekonomi, infrastruktur, dan pembangunan dalam pidato kenegaraan terakhirnya yang disampaikan di hadapan anggota DPR/MPR pada Jumat (16/8).
Jokowi meminta perhatian atas keberhasilannya membangun jalan, jembatan, dan pelabuhan di seluruh negara kepulauan terbesar di dunia.
"Kita telah mampu membangun fondasi dan peradaban baru... membangun dari pinggiran, membangun dari desa-desa, dan membangun dari daerah terluar," katanya.
Hingga saat ini, pemerintah berhasil membangun 2.700 kilometer jalan tol baru, 50 pelabuhan dan bandara baru, serta 1,1 juta hektare kanal irigasi, katanya.
Presiden yang akan segera mengakhiri masa jabatannya juga menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang konsisten sebesar 5 persen, meskipun ada hambatan ekonomi global.
Sebagai negara berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa, Jokowi mengatakan penurunan angka kemiskinan ekstrem dari 6,1 persen menjadi di bawah 1 persen, dan perombakan hukum pidana merupakan keberhasilan yang patut dicatat.
Jokowi akan meninggalkan jabatannya dengan catatan ekonomi yang solid. Namun, menghadapi kritik yang semakin kencang terkait aspek lain dari warisannya. Kritik tersebut mencakup melemahkan kekuatan badan peradilan dan antikorupsi, serta usahanya untuk mempertahankan dinasti politiknya.
Oktober lalu, Mahkamah Konstitusi, yang dipimpin oleh ipar Jokowi, mengubah batas usia para calon pemilihan presiden. Langkah ini membuka jalan bagi Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi yang berusia 36 tahun, untuk bertarung dan akhirnya merebut kursi wakil presiden.
BACA JUGA: Menkeu: APBN Defisit Rp93,4 Triliun per Juli 2024Menutup pidatonya pada Jumat, Jokowi meminta maaf kepada masyarakat atas segala kekurangan yang ada selama masa jabatannya.
"Sepuluh tahun bukanlah waktu yang lama untuk menyelesaikan semua masalah di negara kita," katanya.
"Sangat mungkin saya telah melakukan banyak kesalahan,” imbuh Jokowi. [ah/ft]