Pergerakan kasus positif COVID-19 di Indonesia masih dinamis. Meski ada sejumlah daerah yang masuk kategori zona hijau atau aman, masih banyak yang masuk dalam zona oranye, zona kuning dan zona merah. Presiden Joko Widodo mengingatkan, selama vaksin belum ditemukan, ia meminta semua pihak tetap waspada, agar jangan sampai terjadi gelombang kedua wabah virus itu.
“Perlu saya ingatkan jangan sampai ada gelombang kedua, second wave. Jangan sampai ada lonjakan. Ini yang ingin saya ingatkan kepada kita semua. Dan, situasi seperti ini akan kita hadapi terus sampai vaksin bisa ditemukan,dan bisa kita pergunakan secara efektif,karena kalau vaksin sudah ketemu harus ada uji klinis, uji lapangan, kemudian harus diproduksi yang membutuhkan waktu,” ujar Jokowi ketika mengunjungi Gedung BPNP, Jakarta, Rabu (10/6).
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga mengingatkan pembukaan sebuah daerah untuk menjalankan kenormalan baru harus melewati tahapan-tahapan yang sangat ketat, untuk mencegah terjadinya kembali lonjakan kasus positif virus corona.
“Berkaitan dengan penentuan waktu, ini penting sekali. Kapan timing-nya. Ini penting sekali. Ini harus tepat, kalkulasinya, hitung-hitungannya berdasarkan data dan fakta lapangan yang ada,” imbuhnya.
Menurutnya, dengan dimulainya kehidupan normal baru di sebuah daerah, tidak semua sektor akan langsung dibuka. Sektor yang diprioritaskan untuk dibuka terlebih dahulu adalah yang berdampak langsung terhadap kebutuhan masyarakat, seperti pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, industri manufaktur, konstruksi, logistik, transportasi barang, sektor pertambangan, dan perminyakan.
“Tidak semua langsung kita buka, sektor dan aktivitas apa yang dimulai dibuka secara bertahap. Itu pun secara bertahap, tidak langsung buka 100 persen. Beberapa daerah sudah melakukan dibuka dulu 50 persen, dibuka dulu separuh, saya kira contoh-contoh beberapa daerah yang sudah melakukan akan kita evaluasi. Sangat bagus pembukaan tempat ibadah dengan protokol kesehatan. Saya lihat bagus. Untuk sektor ekonomi, sektor dengan penularan covid yang rendah tapi memiliki dampak ekonomi tinggi itu didahulukan, ” jelasnya.
Ia pun menginstruksikan evaluasi rutin daerah-daerah yang memulai kehidupan normal baru ini. Apabila terjadi kenaikkan kasus, pemerintah pun akan kembali memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Evaluasi secara rutin. Sekali lagi meskipun misalnya sebuah daerah kasus baru sudah menurun, hati-hatijangan sampai lengah karena di lapangan masih sangat dinamis, keberhasilan pengendalian COVID ini sangat ditentukan kedisplinan dan protokol kesehatan. Perlu saya ingatkan jika dalam perkembangan ditemukan kenaikan kasus baru, kenaikan kasus maka langsung akan kita lakukan pengetatan atau penutupan kembali,” ujar Jokowi.
Doni Monardo: 44 Persen Wilayah Indonesia Beresiko Rendah COVID-19
Dalam kesempatan yang sama Ketua Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan bahwa sejauh ini, 44 persen kabupaten/kota di Indonesia berstatus risiko rendah virus corona.
Your browser doesn’t support HTML5
“Hasil yang kita lihat sekarang ada 44 persen wilayah kabupaten/kota secara nasional dari 514 kabupaten/kota yang statusnya adalah risiko rendah dan aman Pak Presiden yaitu warna kuning dan warna hijau,” ungkap Doni.
Menurut Doni, hasil tersebut merupakan momentum yang baik dan senantiasa perlu dijaga meskipun diakuinya masih ada beberapa daerah yang mengalami kenaikan kasus positif virus corona.
“Ada daerah yang meningkat tapi kami yakin pembagian tugas pusat dan daerah makin baik, dan kami sesuai perintah Presiden, daerah yang relatif berisiko tinggi tetap kami kawal," kata dia,” imbuhnya.
Guna mengubah perilaku masyarakat agar lebih hidup lebih bersih dan sehat, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah hingga ke tingkat RT/RW.
“Ujung tombak kita adalah rantai komando dari pemerintah pusat sampai ke tingkat RT/RW. Kalau kita mampu mengubah perilaku masyarakat, maka upaya kita pencegahan adalah langkah terbaik," ujarnya.
Pola hidup lebih bersih dan sehat ini, kata Doni harus dilakukan mengingat infrastruktur kesehatan di Indonesia masih sangat kurang. Ia mencontohkan jumlah dokter paru di Indonesia pada saat ini, tidak akan cukup melayani lonjakan kasus yang lebih tinggi.
“Dalam penanganan sistem, Bapak Presiden mengingat kalau kita hanya mengandalkan kesehatan semata, kekuatan kita terbatas. Dokter paru yang ada di negara kita jumlahnya kurang dari 2.000 orang. Artinya satu dokter paru harus melayani lebih dari 130.000 warga negara kita sehingga kami titik beratkan kepada upaya pencegahan. Di sini kekuatan kita yaitu gotong royong dan ini menjadi modal sosial kita yang terkuat Bapak Presiden,” paparnya.
Kasus Corona di Indonesia Capai 34.316
Jumlah kasus baru harian Covid-19 di Tanah Air kembali mencapai rekor tertinggi. Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr. Achmad Yurianto melaporkan pada Rabu (10/6) Indonesia kini memiliki 34.316 kasus , setelah ada penambahan 1.241 kasus baru.
Adapun lima provinsi dengan kasus positif terbanyak secara kumulatif adalah DKI Jakarta (8.503),Jawa Timur (6.806), Jawa Barat (2.506), Sulawesi Selatan (2.383), dan Jawa Tengah (1.813).
Yuri menjelaskan, lonjakan kasus positif ini terjadi karena pemerintah melakukan tes PCR dan contact tracing yang masif di tengah-tengah masyarakat. Penambahan kasus tersebut, kata Yuri, tidak hanya dari hasil laporan rumah sakit, melainkan juga dari Puskesmas atau Dinas Kesehatan di daerah.
"Penambahan kasus positif ini, disebabkan karena tracing yang agresif dilakukan, sehingga bisa kita lihat, bahwa sebagian besar penambahan kasus ini adalah spesimen yang dikirim oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan," ujar Yuri.
Yuri juga mengumumkan ada 715 pasien yang sudah diperbolehkan pulang hari Rabu, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 12.129.
Jumlah kematian masih terus bergerak naik. Sebanyak 36 orang meninggal dunia, sehingga total penderita yang meninggal pun menjadi 1.959.
Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 43.945 sementara pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 14.242. [gi/ab]