Juru bicara militer Israel Daniel Hagari, pada Minggu (14/1), menyebut kelompok militan Hizbullah Lebanon sebagai “organisasi teroris pembunuh yang membunuh warga sipil,” setelah sebuah rudal antitank yang ditembakkan dari Lebanon menghantam sebuah rumah di Israel utara, menewaskan seorang ibu dan putranya.
“Kami tidak akan membiarkan warga sipil menjadi korban. Harga untuk hal ini tidak hanya akan dibayar saat ini, tapi juga pada masa depan,” ungkap Hagari.
Serangan mematikan di dekat wilayah perbatasan itu terjadi pada hari ke-100 perang Israel-Hamas yang telah menewaskan hampir 24.000 warga Palestina, menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, memaksa sekitar 85% dari 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut mengungsi dan menyebabkan seperempat penduduk Gaza kelaparan.
Hagari menambahkan bahwa Israel tidak akan “menarik diri dari Khan Younis atau dari mana pun.”
BACA JUGA: AS dan Houthi Sama-Sama Bertekad Balas Serangan di YamanPerang tersebut pecah setelah Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober, di mana kelompok militan Hamas membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besarnya warga sipil, dan menculik sekitar 250 orang, yang separuhnya masih dalam penyanderaan.
Sejak itu, ketegangan meningkat di seluruh kawasan. Hampir setiap hari Israel terlibat dalam baku tembak dengan Hizbullah, sementara beberapa milisi yang didukung Iran menyerang sasaran-sasaran AS di Suriah dan Irak.
Di samping itu, kelompok pemberontak Houthi juga menarget kapal-kapal kargo internasional, memicu dilancarkannya gelombang serangan udara AS pekan lalu.
Serangan rudal hari Minggu terjadi sehari setelah tentara Israel mengatakan pihaknya menghabisi nyawa tiga militan yang menyeberang dari Lebanon ke Israel dan berusaha melancarkan serangan. [rd/ka]