
Helikopter Chinook militer terbang di atas wilayah Magoula, 25 km barat daya Athena pada 18 Juli 2023, tempat kebakaran hutan terjadi. Eropa bersiap menghadapi suhu tinggi baru pada 18 Juli 2023, di bawah gelombang panas tanpa henti dan kebakaran hutan yang menghanguskan sebagian belahan bumi utara. (Foto: AFP)
Efek panas bulan Juli terlihat di seluruh dunia. Ribuan turis melarikan diri dari kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, dan banyak lagi yang menderita panas terpanggang di wilayah barat daya AS. Suhu di kota barat laut China melonjak setinggi 52,2 derajat celcius memecahkan rekor nasional.Meskipun WMO tidak secara langsung menyatakan rekor tersebut, mereka akan menunggu hingga tersedia semua data yang telah selesai dikumpulkan pada bulan Agustus. Namun, analisis yang dirilis oleh Universitas Leipzig, Jerman, pada hari Kamis menemukan bahwa bulan Juli 2023 akan mencatatkan rekor sebagai bulan terpanas.
Suhu rata-rata global bulan ini diproyeksikan setidaknya 0,2 derajat celcius lebih hangat dari Juli 2019, yang sebelumnya terpanas dalam catatan pengamatan 174 tahun, menurut data Uni Eropa.
Juli 2023 diperkirakan sekitar 1,5 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri. WMO telah mengkonfirmasi bahwa tiga minggu pertama bulan Juli telah menjadi rekor terpanas.
Biasanya, suhu rata-rata global untuk bulan Juli adalah sekitar 16 derajat celcius, termasuk musim dingin di Belahan Bumi Selatan. Tapi Juli ini telah melonjak menjadi sekitar 17 derajat celcius.
Kebakaran hutan di Kanada terjadi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sementara itu, Prancis, Spanyol, Jerman, dan Polandia mengalami gelombang panas besar, dengan suhu merangkak naik hingga mencapai pertengahan 40-an derajat Celsius di Pulau Sisilia, Italia, di mana sebagian wilayahnya terbakar.
Menurut penyelidikan Dan Ferber, suhu udara yang lebih panas di Afrika menyebabkan wabah penyakit lebih fatal (foto: dok).
Gelombang panas laut telah terjadi di sepanjang garis pantai dari Florida hingga Australia, meningkatkan kekhawatiran tentang kematian terumbu karang.
Sementara itu, rekor curah hujan dan banjir melanda Korea Selatan, Jepang, India, dan Pakistan.
"Suhu rata-rata global (itu sendiri) tidak membunuh siapa pun," kata Friederike Otto, seorang ilmuwan dari Institut Perubahan Iklim Grantham di London. "Tapi 'Juli terpanas' bermanifestasi dalam peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia."
Namun, para ilmuwan memperkirakan tahun 2023 atau 2024 akan berakhir sebagai tahun terpanas dalam buku rekor, melampaui 2016. [ah/rs]