Jumlah Jurnalis Internasional yang Dibunuh Meningkat pada 2014

Jurnalis Amerika, James Foley, yang dibunuh militan Negara Islam (ISIS) di Suriah.

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan peningkatan jumlah itu adalah akibat meningkatnya kerentanan di zona-zona konflik tempat orang-orang Barat seringkali disasar.

Sebuah kelompok kebebasan pers mengatakan setidaknya 60 jurnalis telah tewas tahun ini saat melakukan pekerjaan mereka, dengan para anggota media internasional mencakup persentase yang besar.

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) di New York mengeluarkan laporan tahunan mereka Selasa (23/12) yang mendokumentasikan kematian jurnalis di 21 negara pada 2014.

Lembaga itu mengatakan jurnalis-jurnalis lokal terus menjadi sasaran terbesar, namun 23 persen dari mereka adalah jurnalis internasional. Sebagai perbandingan, jurnalis lokal merupakan 90 persen dari mereka yang mati sejak 1992 menurut basis data CPJ.

Laporan itu mengatakan peningkatan jumlah itu adalah akibat meningkatnya kerentanan di zona-zona konflik tempat orang-orang Barat seringkali disasar.

Suriah sejauh ini merupakan negara paling berbahaya untuk jurnalis dengan 17 kematian tahun ini. Lima jurnalis tewas dibunuh masing-masing di Irak dan Ukraina, sementara empat kematian terjadi di Somalia dan selama perang antara Israel dan militan Palestina.

CPJ mengatakan 2014 merangkum periode tiga tahun yang paling mematikan yang pernah tercatat.

Kematian juga terjadi di Afghanistan, Pakistan dan Paraguay, masing-masing tiga orang, dan pembunuhan jurnalis pertama yang pernah didokumentasikan CPJ di Republik Afrika Tengah.

Laporan itu mengatakan 43 persen dari kematian adalah akibat pembunuhan, sementara 38 persen tewas dalam pertempuran atau baku tembak.