Jumlah korban tewas akibat tumpukan sampah yang runtuh di ibu kota Uganda. Kampala, bertambah menjadi 24 orang pada Senin (12/8) sewaktu tim penyelamat dengan ekskavator terus mencari korban, menurut otoritas kota itu.
Setidaknya empat anak termasuk di antara mereka yang tewas akibat bencana longsor di tempat pembuangan akhir Kiteezi pada Jumat (9/8) lalu, kata polisi kepada wartawan.
Ambruknya tumpukan sampah itu diperkirakan dipicu oleh curah hujan yang tinggi. Rincian pasti mengenai apa yang terjadi masih belum jelas, namun pemerintah kota mengatakan ada “kegagalan struktural dalam jumlah sampah.”
Irene Nakasiita, juru bicara Palang Merah Uganda, mengatakan harapan tampaknya telah padam untuk menemukan korban yang masih hidup.
Tidak jelas berapa banyak orang yang belum ditemukan. TPA Kiteezi adalah tempat pembuangan sampah yang luas di daerah lereng bukit miskin yang menampung ratusan truk sampah setiap hari. Pemerintah kota telah berupaya untuk menonaktifkannya sejak mendeklarasikannya beberapa tahun lalu.
BACA JUGA: 13 Tewas Akibat Tanah Longsor di Pembuangan Sampah UgandaArea itu juga merupakan lahan tak bertuan di kota berpenduduk 3 juta jiwa teraebut, sehingga mengundang kehadiran perempuan dan anak-anak yang mengais sampah plastik yang ingin mereka jual. Beberapa orang bahkan telah membangun rumah permanen di dekatnya.
Presiden Uganda Yoweri Museveni memerintahkan penyelidikan atas bencana tersebut, Dalam serangkaian postingan di platform sosial X, yang sebelumnya dikenal denganTwitter, ia mempertanyakan mengapa orang-orang tinggal di dekat tumpukan sampah yang tidak stabil itu.
“Siapa yang mengizinkan orang tinggal di dekat tumpukan sampah yang berpotensi berbahaya?” kata Museveni, seraya menambahkan bahwa limbah cair atau limbah dari lokasi tersebut cukup berbahaya sehingga tidak boleh ada orang yang tinggal di sana. [ab/lt]