Pejabat kesehatan China melaporkan, Senin (17/2) jumlah kasus virus korona yang dikonfirmasi telah melampaui 70.000, dengan jumlah kematian meningkat menjadi hampir 1.800 orang. Sekitar 11.000 dari mereka yang terinfeksi sudah pulih.
Provinsi Hubei, pusat wabah, melaporkan 100 kematian lagi. Jumlah total korban meninggal dunia di China mencapai hampir 1.800. Selain itu juga sudah ada lima kasus kematian yang sudah dikonfirmasi di luar China, yaitu di Perancis, Hong Kong, Jepang, Filipina, dan Taiwan.
Jumlah kasus baru di Hubei hanya naik sedikit dibandingkan jumlah yang dilaporkan pada Minggu (16/2/), tetapi berkurang dari Jumat (14/2) dan Sabtu (15/2). Para pejabat China mengatakan ini menandakan wabah telah terkendali.
Namun Dirjen Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mencuit pada Minggu (16/2) “tidak mungkin dapat memperkirakan ke mana arah epidemi ini.”
"Beberapa tren dapat berubah karena bertambahnya jumlah warga yang baru terkena dampak. Masih terlalu dini untuk menyatakan apakah penurunan sebagaimana dilaporkan itu akan terus berlanjut. Tiap skenario masih ada kemungkinan," jelas Tedros.
Tedros juga menggambarkan betapa wabah korona itu ‘sangat serius’ yang "berpotensi untuk bertambah" akan tetapi mengungkapkan sebagian besar kasus itu terbatas pada provinsi Hubei.
"Di luar Hubei, epidemi itu berpengaruh hanya pada sebagian kecil orang, sangat sangat kecil proporsinya," lebih lanjut Tedros menyatakan.
Meskipun belakangan ini China mendapat pujian atas caranya menangani wabah dan upaya untuk mengendalikannya, WHO masih meminta informasi lebih banyak mengenai bagaimana China membuat diagnosis.
Media milik pemerintah China, Sabtu (15/2), merilis pidato yang disampaikan Presiden Xi Jinping pada 3 Februari yang menunjukkan pihak berwenang China sudah mengetahui tentang keseriusan dari virus korona setidaknya dua minggu sebelumnya mengumumkan bahayanya kepada publik. Barulah pada akhir Januari, para pejabat mengumumkan bahwa virus bisa menyebar antar manusia.
Dalam pidatonya pada 7 Januari, Xi memerintahkan larangan keluar masuk di kota-kota yang paling terkena dampaknya. Penghentian itu dimulai pada 23 Januari. [vm/ft]