Awal Mei lalu Departemen Tenaga Kerja AS mendenda waralaba McDonald's di Kentucky, Indiana, Maryland, dan Ohio setelah diketahui bahwa mereka telah mempekerjakan 300 anak secara ilegal untuk bekerja di restoran, melakukan tugas yang terlalu berbahaya bagi anak di bawah umur.
Di Louisville, Kentucky, dua anak berusia 10 tahun kadang-kadang bekerja sampai pukul 02.00 dini hari waktu setempat -- bahkan ada yang mengoperasikan penggorengan -- tanpa menerima bayaran, kata Departemen Tenaga Kerja.
Tahun lalu, sebuah penyelidikan oleh kantor berita Reuters menemukan bahwa pekerja anak, beberapa dari mereka masih berusia 12 tahun, telah bekerja di empat pemasok suku cadang Alabama untuk pembuat mobil Hyundai dan Kia.
Investigasi yang dilakukan oleh The New York Times juga menemukan praktik pekerja anak ilegal di rantai pasokan Ford, General Motors, J.Crew, Walmart, Target, dan Whole Foods.
BACA JUGA: Diduga Pekerjakan Anak-anak, Depnaker AS Selidiki Perusahaan Kontraktor MakananSecara keseluruhan, untuk tahun fiskal 2022, Departemen Tenaga Kerja AS telah mencatat 688 kasus anak-anak yang direkrut untuk pekerjaan yang dianggap berbahaya bagi mereka – jumlah tertinggi sejak 2011.
Debbie Berkowitz, pakar keamanan pekerja Universitas Georgetown, mengatakan: “Saya berbicara tentang hal-hal seperti bekerja di pabrik pengepakan daging, membuat atap, menggali parit, bekerja dengan gergaji pita, bekerja membuat peledak… Departemen Tenaga Kerja menemukan, pabrik-pabrik pengemasan daging mempekerjakan anak-anak sejak tahun 2019.”
Para ahli mengatakan imigrasi adalah salah satu alasan meningkatnya pelanggaran terkait pekerja anak. Dalam dua tahun terakhir saja, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS mencatat sekitar 250 ribu anak migran telah tiba di AS tanpa didampingi orang dewasa.
“Anak-anak itu sangat membutuhkan pekerjaan dan penghasilan untuk dikirim kembali ke Amerika Tengah dan Meksiko. Mereka juga harus membayar biaya untuk sampai ke AS – biaya coyote, biaya penyelundupan manusia. Saya harus mengatakan, perusahaan-perusahaan itu benar-benar gagal. Standar dan prosedur apa pun yang mereka adopsi untuk melindungi pekerja anak jelas tidak berfungsi," jelas Reid Maki dari Koalisi Pekerja Anak.
Menurut Program Peluang Asosiasi Pekerja Pertanian, sekitar 400 ribu hingga 500 ribu anak usia 12 hingga 17 tahun bekerja di sektor pertanian AS. Beberapa negara bagian memang mengizinkan anak-anak berusia di atas 10 tahun untuk bekerja di pertanian. Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat bahwa pertanian kebal terhadap beberapa undang-undang federal mengenai upah minimum dan upah lembur.
“Kita memiliki pengecualian untuk Undang-Undang Standar Ketenagakerjaan yang Adil, dan pengecualian tersebut memungkinkan anak-anak yang baru berusia 12 tahun untuk bekerja tanpa batas waktu di ladang selama mereka tidak bolos sekolah.”
Your browser doesn’t support HTML5
Maki dan Berkowitz menambahkan bahwa banyak anak yang meninggalkan pekerjaan seperti itu karena investigasi jurnalistik terkait praktik ketenagakerjaan yang tidak adil. Namun pada akhirnya, mereka kembali menemukan pekerjaan serupa karena sangat membutuhkan uang.
“Ketika kita berpikir tentang anak-anak yang paling rentan, kita perlu bertanya mengapa anak-anak itu perlu bekerja untuk menghidupi diri mereka sendiri dan keluarga mereka dan apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi akar penyebab kemiskinan yang mendorong mereka melakukan pekerjaan yang berbahaya?” ujar Annie Smith dari Fakultas Hukum Universitas Arkansas.
Menurut Pusat Studi Anak-anak dalam Kemiskinan, lebih dari 11 juta anak di AS saat ini hidup di bawah garis kemiskinan federal. [ab/uh]