Junta Myanmar mengecam sekutu dekatnya, China, karena film blockbuster mengenai perdagangan manusia dan kompleks penipuan yang telah “mencoreng” reputasinya. Demikian seperti dilaporkan oleh media pemerintah pada hari Jumat (29/9).
Film detektif China “No More Bets” (“Tidak Ada Lagi Taruhan”) menceritakan kisah seorang programer komputer yang diperdagangkan ke negara di Asia Tenggara yang tidak disebutkan namanya dan dipaksa bekerja sebagai penipu online untuk sebuah sindikat.
Negara tersebut tidak menyebutkan nama Myanmar namun kondisinya mirip dengan wilayah tanpa hukum di utara negara itu, di mana Beijing mengatakan warga negaranya sering dibujuk atau diperdagangkan dan dipaksa bekerja untuk menipu rekan senegaranya secara online. Penipuan ini membuat marah Beijing, sekutu utama dan pemasok senjata bagi junta yang terisolasi secara internasional.
Konsul jenderal junta di Nanning, China Barat Daya, mempersoalkan tentang “noda terhadap citra Myanmar dalam film tersebut... yang dibuat oleh China dan dirilis di China dan di seluruh dunia,” menurut surat kabar pemerintah Global New Light of Myanmar.
“Alur ceritanya terkait dengan Myanmar, dan ada laporan bahwa warga negara China takut untuk mengunjungi Myanmar,” katanya kepada pejabat pemerintah di wilayah Guangxi.
Meskipun baru dirilis pada bulan Agustus, "No More Bets" telah menjadi film terpopuler ketiga di China tahun ini, meraup 3,8 miliar yuan (sekitar Rp7,8 triliun atau $521 juta) dan memicu diskusi online tentang bahaya mengunjungi Asia Tenggara.
Sebulan sebelum film tersebut dirilis, China meminta junta Myanmar untuk “membasmi” pusat penipuan online di wilayah tanpa hukum di perbatasan yang menarget warga negara China. Film tersebut belum diputar di bioskop-bioskop Myanmar. [lt/uh]