Junta militer Myanmar kehilangan komunikasi dengan para perwira senior di pangkalan militer utama di dekat perbatasan dengan China. Pernyataan itu merupakan pengakuan langka atas kegagalan di medan perang setelah pemberontak mengumumkan bahwa mereka telah menguasai markas besar utama tentara regional.
Kelompok pemberontak Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (Myanmar National Democratic Alliance Army/MNDAA), yang mengatakan pada 25 Juli telah mengambil alih pangkalan tersebut tetapi terus berjuang untuk meraih kendali penuh, mengunggah foto pasukannya di benteng militer di kota Lashio pada hari Sabtu (3/8).
Pasukan junta militer tidak dapat menghubungi sejumlah perwira yang tidak disebutkan jumlahnya di komando regional timur laut yang terkepung, kata juru bicara militer Zaw Min Tun pada hari Senin, setelah berminggu-minggu pertempuran sengit di kota itu dan sekitarnya.
"Telah diketahui bahwa para pejabat senior telah ditangkap," katanya dalam pesan audio yang diunggah di aplikasi perpesanan Telegram, seraya menambahkan bahwa junta militer sedang berupaya untuk memverifikasi situasi tersebut.
Para jenderal yang berkuasa di Myanmar berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tiga tahun setelah menggulingkan pemerintahan sipil dalam kudeta fajar, dengan pemberontakan bersenjata terhadap kekuasaan militer yang semakin kuat di tengah perekonomian yang memburuk.
Gerakan perlawanan muncul setelah dipicu oleh tindakan keras terhadap demonstrasi setelah kudeta Februari 2021, ketika ribuan pengunjuk rasa muda mengangkat senjata dan menggabungkan kekuatan dengan beberapa kelompok pemberontak etnis yang telah mapan untuk melawan militer.
"MNDAA telah memperoleh kemenangan penuh setelah menghancurkan pasukan musuh yang tersisa dan sepenuhnya menaklukkan markas militer timur laut," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan di media sosial, disertai dengan foto-foto pasukannya.
Direbutnya Lashio, yang pertama dari 14 komando militer regional yang jatuh ke tangan pemberontak,menandai kekalahan besar bagi junta, yang tahun lalu menderita serangkaian kekalahan menyakitkan di negara bagian Shan di Myanmar utara dekat perbatasan China.
Tiga tentara etnis antijunta lainnya, yang memerangi militer Myanmar di sepanjang perbatasan Thailand dan India, pada hari Minggu (4/8) mengucapkan selamat kepada MNDAA dan kelompok-kelompok sekutu lainnya atas keberhasilan ofensif di Lashio. "Kami juga akan terus berjuang sebagai sekutu sampai militer jatuh," kata pernyataan dari kelompok Kachin, Karen, dan Chin. [lt/uh]