Jurnal Medis: Long COVID, Tantangan Besar Dunia Medis Modern

Dokter Cheras Sjarfi berbincang dengan seorang pasien di ruang isolasi di tengah lonjakan kasus baru COVID-19, di sebuah rumah sakit di Jakarta, 1 Juli 2021. (Foto: Yuddy Cahya/Reuters)

Menurut sebuah laporan baru yang diterbitkan sebuah jurnal kesehatan terkemuka, gejala yang bertahan setelah seseorang selamat dari virus corona masih sedikit dipahami oleh kalangan medis.

Jurnal The Lancet menyatakan sindrom itu harus dipelajari dan dipahami oleh kalangan medis agar dapat meluncurkan respons yang tepat untuk apa yang disebut jurnal itu sebagai “tantangan medis modern yang sangat besar.”

Sindrom ini dikenal sebagai ‘long COVID’ dan The Lancet menyatakan pemulihan dapat memakan waktu lebih dari satu tahun.

Gejala yang bertahan itu mencakup “terus menerus lelah, sesak napas, berkurangnya daya ingat dan depresi.”

Seorang petugas kesehatan mengoperasikan alat untuk mengumpulkan plasma dari para penyintas COVID-19 di kantor Palang Merah Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, 18 September 2020. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)

Menemukan jawaban bagi misteri ‘long COVID’ sambil memberi perawatan penuh perhatian dan multidisiplin akan membutuhkan kecerdasan medis dan ilmiah yang luas,” tulis jurnal itu.

Sementara itu, ratusan ribu orang di AS yang belum mampu membayar sewa rumah mereka selama pandemi menghadapi pengusiran setelah Mahkamah Agung memutuskan tidak akan memperpanjang larangan nasional mengenai pengusiran yang telah diberlakukan selama pandemi. Tiga hakim agung berbeda pendapat dengan putusan itu.

Jen Psaki, sekretaris pers Gedung Putih, mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Sebagai akibat putusan ini, keluarga-keluarga akan menghadapi dampak menyakitkan dari pengusiran ini, dan masyarakat di berbagai penjuru negeri akan menghadapi risiko lebih besar terpapar COVID-19.”

Pemerintah pusat melipatgandakan target vaksinasi setiap kabupaten untuk mengejar penuntasan program pada Oktober 2021. Foto: Courtesy/Humas Pemda DIY)

Sebelumnya pekan ini, Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, terus memperingatkan mengenai konsekuensi vaksinasi yang tidak merata.

Sebagian kawasan dan negara terus menghadapi peningkatan tajam kasus dan kematian, sementara yang lainnya menghadapi penurunan,” katanya. “Selama virus ini beredar di mana-mana, ini menjadi ancaman di mana-mana.”

Hari Jumat, kementerian kesehatan India melaporkan 44.658 kasus baru COVID dalam periode 24 jam sebelumnya.

Johns Hopkins Coronavirus Resource Center melaporkan lebih dari 214 juta kasus COVID dan 4,5 juta kematian di seluruh dunia. Disebutkan pula bahwa lebih dari 5 miliar vaksin telah diberikan. [uh/ab]