Di India, salah satu negara termuda di dunia dengan 85 juta pemilih
muda telah bergabung dalam daftar pemilih pemilutahun ini yang berakhir 19 Mei. Ini adalah pertarungan sengit antara Partai Perdana Menteri Narendra Modi, Bharatiya Janata, dan partai oposisi, Partai Kongres serta berbagai partai regional yang lebih kecil.
Reporter VOA, Anjana Pasricha menemui generasi milenium di
salah satu universitas terkemuka di negara itu, untuk melihat bahwa mereka ingin para politisi India berfokus pada menciptakan peluang yang lebih baik, dan meningkatkan tata kelola pemerintahan dan pembangunan.
Setelah kuliah, percakapan di antara para sarjana di Universitas Delhi sering beralih ke subjek baru selama musim pemilu ini - apa yang mereka inginkan sebagai imbalan atas suara yang mereka berikan. Daftar keinginan itu panjang.
Your browser doesn’t support HTML5
"Kami perlu pekerjaan, keselamatan, kebutuhan utama, keselarasan sosial, kami perlu pekerjaan di kelas yang terbagi-bagi di negara ini, kami perlu pembangunan,” kata seorang mahasiswa Universitas Delhi.
Pemilih muda yang memberi aspirasi itu membuat pilihan mereka diperhitungkan. Lima tahun yang lalu, mereka disemangati oleh janji-janji pekerjaan dan pembangunan oleh Perdana Menteri Narendra Modi.
Direktur Pusat untuk Studi Masyarakat Pembangunan, SANJAY KUMAR mengatakan, "Apa yang terjadi pada tahun 2014, jumlah pemilih muda naik sangat tinggi, itu benar-benar melampaui jumlah pemilih rata-rata, dan mereka memilih dengan yakin dan itu yang membuat perbedaan besar pada hasil pemilu."
Tetapi ketika pengangguran naik menjadi hampir tujuh persen, meskipun ekonomi tumbuh, euphoria tadi menghilang. Dan berita menunjukkan bahwa pengangguran bahkan lebih tinggi di antara para lulusan mahasiswa yang khawatir.
Survei terbaru menunjukkan, Perdana Menteri Modi mempertahankan keunggulannya atas saingan utamanya, Rahul Gandhi dari Partai Kongres yang dipilih oleh pemilih muda. Dengan hasil pemilu yang diperkirakan ketat, hal itu menjadi kunci dalam menentukan apakah Modi akan memerintah di negara demokrasi terbesar di dunia itu untuk kedua kalinya. (ps)