Jutaan Warga Somalia Tergantung dari Kiriman Remitansi Diaspora di Luar Negeri

Banyak warga Somalia yang tergantung dari kiriman uang remitansi dari kerabat mereka yang bekerja di luar negeri (foto: ilustrasi).

Pengiriman uang dari diaspora di luar negeri merupakan bagian penting perekonomian di banyak negara berkembang, seperti di Somalia di mana arus masuk uang lebih banyak dibandingkan gabungan bantuan luar negeri dan investasi. Namun para pengamat memperingatkan, industri ini kurang dipahami oleh pembuat peraturan dan bank serta ketergantungan besar rakyat Somalia pada kiriman uang ini membuat kesejahteraan jutaan orang berisiko.

Seperti dilaporkan Henry Ridgwell, ada harapan teknologi baru memperluas pasar layanan pengiriman dan menurunkan biaya pengiriman.

Setiap bulan, Fatma Ahmed mengirim $200 dari pendapatan yang diperolehnya di London kepada keluarganya di Somalia.

"Ini untuk kehidupan sehari-hari, untuk sewa rumah, membeli belanjaan rumah tangga, untuk hidup di sana, karena sebenarnya di Somalia, uang sebanyak itu tidak kami miliki," kata Fatma.

Dua juta warga Somalia yang tinggal di luar negeri mengirim sekitar $1,3 miliar ke kampung halamannya setiap tahun. Dengan tidak adanya sistem perbankan resmi di Somalia, sebagian besar diaspora itu menggunakan layanan pengiriman uang.

Abdirashid Duale adalah CEO Dahabshiil, salah satu layanan pengiriman uang terbesar di Afrika mengatakan, "Sekarang, ini sangat cepat, dimana kita memiliki teknologi terkini, dengan internet, saluran aman yang bisa kita gunakan untuk mengirim uang ke rumah. Atau kita gunakan ponsel, dan cara lain telpon pintar, teknologi dimana akan membantu kita memindahkan uang dengan cepat dan lebih murah. Teknologi juga mendukung kami dengan isu kepatuhan."

Perusahaan pengiriman uang itu masih mengandalkan bank global untuk menyalurkan uangnya. Bank-bank itu harus mematuhi peraturan terkait pencucian uang, pembiayaan kejahatan dan teroris. Mengutip kekhawatiran itu, banyak yang memilih untuk menarik diri dari pasar layanan pengiriman uang.

"Sangat sering ini tidak didasarkan pada bukti empiris yang menunjukkan bahwa uang masuk ke fihak yang salah. Ketakutannya ada konflik di Somalia, ada gerakan al-Shabab. Jadi, ada masalah dari segi kegentingan situasi industri pengiriman uang Somalia," ujar Laura Hammond.

Ketidakstabilan itu menjadi kekhawatiran terus menerus bagi keluarga yang terpecah.

"Kami merasa terguncang dan kehilangan kontak dengan keluarga kami yang sangat membutuhkan," kata Mohammed seorang imigran Somalia.

Industri layanan pengiriman ini mendapat dukungan tingkat tinggi bulan lalu karena Bill and Melinda Gates Foundation menyumbangkan $1 juta lewat perusahaan pengiriman uang Dahabshiil dan perusahaan telepon seluler Somtel dan eDahab untuk men-transfer langsung uang 'kepada seribu keluarga yang menderita kekeringan di Somalia. Mantan Presiden AS, Barack Obama juga menghadiri acara itu. [ps/jm]