Sadar akan ancaman bencana alam yang terus menghantui, Pemerintah Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah mempersiapkan diri dengan menggelar simulasi darurat bencana pada Rabu (27/10). Sekitar seribu orang terlibat dalam simulasi tersebut, yang digelar dengan dua skenario bencana berbeda yaitu banjir bandang dan gempa bumi.
Desa Rogo, yang terdampak banjir bandang pada Agustus lalu, menjadi salah satu tempat pelaksanaan dari simulasi tersebut.
“Di simulasi ini ada dua fase sebetulnya yang kita lakukan. Pertama siaga darurat dimana belum terjadi bencana, yang kedua fase tanggap darurat. Tanggap darurat sudah kejadian, dua fase itu yang kita uji cobakan dalam simulasi kali ini,” jelas Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kabupaten Sigi, Saiful Taslim di temui VOA di Desa Rogo.
Simulasi itu melibatkan banyak pihak, mulai dari masyarakat hingga personel TNI-POLRI. Beberapa perwakilan dari organisasi nonprofit nasional dan internasional juga turut serta dalam simulasi tersebut.
“Uji coba aktivasi posko, kemudian penentuan status kemudian memperkuat koordinasi antar sektor di dalam penanganan bencana, itu yang kita coba lihat dalam simulasi ini dan sejauh ini sudah berjalan dengan baik, kendatipun memang belum optimal untuk level-level koordinasi antar sektor,” kata Saiful.
Simulasi tersebut juga untuk menguji pelaksanaan di lapangan terhadap Rencana Kontingensi Banjir Bandang dan Gempa Bumi yang terintegrasi dengan respon terhadap COVID-19 yang telah disusun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi.
BACA JUGA: Masyarakat Diminta Waspada akan Munculnya La Nina Jelang Akhir TahunWarga Antusias Ikuti Simulasi
Dari Pemantauan VOA di desa Rogo, kegiatan simulasi dengan penerapan protokol kesehatan COVID-19 tersebut diikuti warga desa dengan antusias. Banyak dari mereka yang mempraktekkan evakuasi mandiri saat terjadinya bencana dalam simulasi tersebut. Kepala Desa Rogo, Fuad Hudin menilai simulasi darurat bencana dapat meningkatkan pengetahuan warga dalam menghadapi risiko bencana banjir bandang dan ancaman gempa bumi.
“Simulasi yang diselenggarakan di desa Rogo ini sangat penting sekali bagi warga masyarakat dan ini membawa nilai positif. Tadinya warga masyarakat belum mengetahui bagaimana mengatasi risiko bencana. Dengan adanya simulasi ini, Alhamdulillah warga masyarakat sudah memahami dengan yang namanya risiko bencana,” papar Fuad.
Fuad menceritakan dalam dua tahun terakhir terdapat tiga kali peristiwa banjir bandang di desa yang dihuni 553 keluarga atau 1.800 jiwa. Bencana itu menimbulkan kerugian materi bagi warga yang terdampak berupa kehilangan rumah, dan hilangnya sumber mata pencaharian akibat kebun dan sawah milik mereka rusak diterjang banjir.
Sigi Bersiap Hadapi Ancaman Banjir Bandang
Kepada VOA, Bupati Sigi, Irwan Lapata, mengatakan kegiatan simulasi itu sangat penting untuk kesiapsiagaan dalam mengantisipasi tingginya ancaman banjir bandang dan longsor memasuki musim penghujan menjelang akhir tahun 2021.
Ia menjelaskan bahwa gempa bumi di Donggala pada 2018 silam telah menyebabkan terjadinya perubahan bentang alam yang menyebabkan desa-desa di Kabupaten Sigi rawan dengan bencana banjir bandang dan tanah longsor pada saat musim hujan datang.
Your browser doesn’t support HTML5
“Sangat penting acara hari ini sehingga ketika nanti terjadi banjir bandang kita tidak lagi mengira-ngira, tidak lagi mereka-reka tapi semua perangkat (baik) Dinas kesehatan, Dinas Sosial, TNI, POLRI, kemudian tokoh-tokoh adat yang semula tidak diberikan peran, sudah memiliki peran” kata Irwan.
Pemerintah, menurut Irwan, sudah membangun Sabo Dam untuk pengendalian erosi, sedimentasi dan tanah longsor di beberapa desa, di antaranya Poi, Bangga dan Salua. Beberapa desa lain yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap ancaman banjir bandang dan longsor belum dilengkapi dengan Sabo Dam. [yl/rs]