Penyintas Serangan Cairan Asam Kelola Kafe di India

  • Anjana Pasricha

Para penyintas serangan cairan asam di India mengatakan mereka juga berhak memiliki harapan dan impian. (VOA/A. Pasricha)

Kafe-kafe itu memberi mereka keberanian untuk melanjutkan hidup mereka.

Tidak mempedulikan suara klakson yang keras di jalanan yang ramai di kota wisata Agra, India, sekelompok penyintas serangan cairan asam bernyanyi dan menghentakkan kaki mereka dengan irama lagu Bollywood di dalam sebuah kafe yang dihiasi rangkaian bunga marigold kuning.

Ada banyak yang dirayakan dalam ulang tahun kedua kafe Sheroes Hangout yang mereka kelola: kemunculan mereka di masyarakat umum dari tempat persembunyian; menyalanya kembali harapan dan mimpi mereka mengenai perubahan sikap masyarakat terhadap mereka; dan peluncuran dua kafe lagi di kota Lucknow dan Udaipur tahun ini.

Perempuan termuda, Dolly Kumari Singh yang berusia 17 tahun, telah kembali bersekolah. Seperti penyintas lainnya, ia sebelumnya tidak berani menampakkan wajahnya di luar rumah setelah seorang laki-laki menyiram larutan kimia korosif ke wajahnya dua tahun lalu. Namun bekerja di kafe memberinya keberanian untuk kembali ke kelas.

"Ketika saya kembali ke sekolah, saya bertanya-tanya, apakah teman-teman saya mau berbicara dengan saya? Tapi mereka baik kepada saya, begitu juga dengan guru saya. Saya senang, jadi saya pergi setiap hari," ujar Singh.

Penerimaan di sekolah terutama karena dampak yang diciptakan oleh Sheroes Hangout, yang diluncurkan tahun 2014 oleh Stop Acid Attacks, sebuah kelompok nirlaba di New Delhi. Kafe itu dibuat untuk mengeluarkan para penyintas serangan cairan asam dari isolasi dan menciptakan kesadaran mengenai kondisi buruk anak-anak dan perempuan yang telah hilang dari publik.

India tidak hanya memiliki jumlah terbesar serangan cairan asam di dunia, angkanya pun telah meningkat, mencapai 350 tahun 2014. Dalam masyarakat yang didominasi laki-laki, pelakunya biasanya pria yang membalas dendam atas penolakan lamaran, godaan seksual atau bahkan karena tidak membawa mahar yang cukup.

Laxmi Agarwal, 28, yang diserang tahun 2005, sekarang merupakan salah satu aktivis paling menonjol untuk para penyintas serangan mengerikan tersebut.

"Orang-orang tahu tentang para korban pemerkosaan dan kekerasan dalam rumah tangga, tapi sedikit tentang penyintas serangan cairan asam," ujarnya.

Hal itu berubah dalam dua tahun terakhir setelah ratusan pelanggan, baik warga India maupun warga asing, mengenal para perempuan yang memasak, melayani pelanggan dan mengelola Sheroes Hangout.

Di atas semua itu, kafe-kafe itu memberi mereka keberanian untuk melanjutkan hidup mereka.

"Kita tidak dapat membunuh pencarian kita menuju kebahagiaan, mimpi-mimpi kita. Sekrang kita harus muncul sebagai pejuang, bukan korban," ujar Agarwal.

Sheroes Hangout Cafe yang dikelola oleh para penyintas serangan cairan asam di Agra. (VOA/Anjana Pasricha)