“Semoga sukses bagi kita semua,” kata Perdana Menteri Italia Matteo Renzi kepada para wartawan setelah mengatakan akan memberitahu Kabinet hari Senin (5/12) siang bahwa dia akan mengundurkan diri. Kemudian dia akan secara resmi menyampaikan pengunduran dirinya kepada presiden Italia setelah 2,5 tahun menjabat.
Renzi mengaku kalah setelah berbagai poling menunjukkan proposalnya kalah dengan margin sekitar 60 banding 40 persen dalam referendum yang dilakukan hari Minggu (4/12).
Renzi mengatakan reformasi-reformasi itu sedianya akan memangkas birokrasi Italia dan menjadikan negara itu lebih kompetitif. Lawan-lawannya berharap bisa memanfaatkan sentimen populis yang meningkat di Eropa dan AS.
Sebelumnya, sejumlah politisi oposisi, dari kelompok sayap kanan hingga kiri jauh, telah bertekad akan mendesakkan terbentuknya pemerintah baru jika warga Italia menolak legislasi parlemen untuk merombak sebagian besar konstitusi pasca-perang.
Bahkan sejumlah tokoh dalam Partai Demokrat pimpinan Renzi, termasuk bekas tokoh komunis, mengatakan menolak reformasi tersebut.
Renzi memberikan suara bersama istrinya Agnese Landini di Pontassieve, sebuah kota di Tuscan di bagian timur Florence.
Sejumlah tokoh oposisi politik berharap bisa memanfaatkan sentimen populis yang meningkat setelah melalui referendum Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa dan kemenangan bilyuner Donald Trump dalam pemilu di Amerika.
Lebih dari 46 juta warga Italia berhak memberikan suara, sementara sekitar 4 juta lainnya terdaftar untuk memberi suara di luar negeri. Suara yang dikumpulkan di luar Italia sedang dihitung di bawah penjagaan, di sebuah gudang di luar kota Roma. [em/ds]