Kepala pelabuhan utama di Kalimantan Selatan menangguhkan pengiriman ke Filipina selatan setelah awak kapal batu bara diculik oleh terduga militan Islamis, menurut media lokal hari Rabu (20/4).
"Kami tidak akan mengeluarkan izin berlayar sampai situasi keamanan di wilayah ini kondusif," ujar syahbandar Banjarmasin, Takwim Masuku, seperti dikutip oleh koran Kompas, mengacu kepada perairan Filipina Selatan.
Masuku bertindak berdasarkan saran dari pasukan penjaga pantai Indonesia dan Angkatan Laut, menurut surat kabar tersebut.
Orang-orang bersenjata, diduga militan Abu Sayyaf, telah menangkap para awak dari kapal batu bara dan kapal tongkang di Filipina Selatan.
Awak kapal batu bara yang berlayar dari Banjarmasin diculik pada 15 Maret dan 10 dari awak kapal masih ditahan, tulis Kompas.
Sebanyak 18 orang awak dari Indonesia dan Malaysia telah ditangkap dalam tiga serangan terpisah terhadap kapal tongkang di perairan Filipina yang dekat dengan perbatasan maritim dengan kedua negara.
Kalimantan Selatan memiliki beberapa dari tambang batu bara terbesar di Indonesia, yang dioperasikan oleh Adaro Energy dan Bumi Resources. Para penambang yang menggunakan jalur pengiriman batu bara utama, Sungai Barito, harus mendapat izin pejabat di ibukota provinsi Banjarmasin.
Pemerintah telah menyerukan patroli maritim gabungan dengan Filipina dan malaysia setelah penculikan di perairan dekat Filipina Selatan oleh terduga militan. [hd]