Menteri Kebudayaan Kamboja, pada Kamis (4/7), mengatakan bahwa negaranya bagai menyambut pulang arwah nenek moyang ketika 14 patung yang dijarah dari Kamboja pada masa perang dan kerusuhan kembali ke negara tersebut pada pekan ini.
Barang-barang itu, yang dipulangkan dari Museum Seni Metropolitan New York, tiba pada Rabu (3/7) dan ditampilkan kepada jurnalis dan tamu VIP pada Kamis (4/7) di Museum Nasional di ibu kota Kamboja, Phnom Penh.
Patung-patung tersebut “dibuat antara abad ke-9 dan ke-14 pada periode Angkorian dan mencerminkan sistem agama Hindu dan Buddha yang berlaku pada saat itu,” kata museum tersebut dalam sebuah pernyataan pada minggu ini.
Sebuah pernyataan dari Kementerian Kebudayaan dan Seni Rupa Kamboja mengatakan “kepulangan bersejarah harta nasional” itu terjadi setelah beberapa tahun negosiasi antara tim restitusi seni Kamboja, jaksa federal AS di New York, penyelidik dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, dan Museum Metropolitan.
BACA JUGA: AS Kembalikan Barang Antik Curian Senilai $1 Juta ke NepalMenteri Kebudayaan Kamboja Phoeurng Sackona mengatakan kembalinya artefak-artefak itu sangat penting bagi masyarakat Kamboja untuk mengenang warisan nenek moyang mereka melalui masa baik dan buruk.
Bagi rakyat Kamboja, pulangnya karya seni itu membawa serta jiwa nenek moyang mereka, katanya. Membawa kembali jiwa leluhur juga termasuk membawa sejarah, kekaguman dan pengetahuan, kata Phoeurng Sackona.
Tanpa menjelaskan secara detail, Phoeurng mengatakan negaranya berharap dapat menerima 50 artefak lagi dari Amerika Serikat dalam waktu dekat. Kamboja mengklaim sejumlah item yang diperdagangkan secara ilegal dari negaranya masih berada di Museum Metropolitan, dan sejumlah museum lainnya serta di tangan para kolektor pribadi.
Artefak yang dikembalikan kepada Kamboja dari Met pada pekan ini merupakan hasil jarahan ketika perang saudara dan ketidakstabilan melanda Kamboja, yang diperintah oleh rezim komunis brutal Khmer Merah pada tahun 1970-an.
Sejumlah artefak tersebut dibeli dan dijual kembali oleh penyalur karya senin, Douglas Latchford, yang pada 2019 didakwa mengatur skema untuk menjual sejumlah barang antik asal Kamboja di pasar seni internasional. Latchford, yang meninggal dunia setahun setelah ia didakwa, telah menolak tuduhan yang dialamatkan kepadanya. [ka/jm/rs]