Bagi Sylvester Floyd dan Miguel Maldonado, bangkit dari keterpurukan hidup adalah sebuah tantangan tersendiri.
Setelah kompleks apartemennya hancur dalam sebuah kebakaran, Flyod tidak punya pilihan selain tinggal di dalam mobilnya di jalanan Kota Los Angeles.
Maldonado juga menjadi tunawisma dan hidup berpindah-pindah. Setiap malam ia mengkhawatirkan keselamatan jiwanya.
“Saya tidak bisa tidur di jalanan. Sebelah mata saya selalu terjaga, mengawasi sekitar. Anda bisa dirampok, dipukuli bahkan dibunuh,” jelasnya.
Kini keduanya menemukan rasa aman di kampung tenda. Setelah tabungannya terkuras dan tetap terkatung-katung, Floyd akhirnya pindah ke desa bermalam aman Lincoln untuk mencari tempat berlindung yang jauh dari bahaya kehidupan jalanan.
Selama dua tahun terakhir, Floyd merasa menemukan perlindungan, penerimaan dan tujuan sebagai penduduk desa itu.
“Para klien (di sini) bisa sedikit diperiksa dengan cara yang lebih lembut, tidak dengan kasar, sehingga mereka bisa melihat apa yang jadi masalah mereka. Misalnya, saya bisa tahu masalah saya dan mereka kemudian membantu saya. Ketika saya suka mengisap ganja, saya sangat kontroversial dan kejam. Saya seolah-olah punya semacam keinginan untuk bunuh diri,” sebutnya.
Los Angeles menjadi rumah bagi 75.518 tunawisma, menurut Otoritas Ketunawismaan Los Angeles.
Menurut lembaga nirlaba Urban Alchemy yang bermarkas di San Francisco dan mengelola dua fasilitas bermalam aman di Los Angeles, bantuan tenda bermalam yang diberikannya tergolong cepat dan terjangkau tanpa harus melalui banyak birokrasi. Lokasi bermalam itu dilengkapi kamar mandi, makan tiga kali sehari dan diawasi 24 jam.
Kirkpatrick Tyler, kepala hubungan pemerintahan dan masyarakat Urban Alchemy, mengatakan, “Tempat bermalam aman tidak saja memungkinkan para tunawisma terhubung dengan lingkungan yang akrab, tetapi juga kaya fasilitas, aman dan mendapat dukungan.”
Menurut Tyler, fasilitas bantuan yang mudah diadopsi itu kini mulai diterapkan di seluruh Amerika Serikat, yang terbaru di Austin dan Portland.
Desa Lincoln menyediakan 80 tenda kamping berukuran 3x3,6 meter yang tersebar ke dalam sayap timur dan barat. Tenda tahan cuaca itu didirikan di atas panggung kayu untuk menghindari bahaya sengatan panas maupun hujan. Setiap tenda dapat diisi sampai dua orang dengan jadwal penerimaan penghuni baru sebanyak dua kali seminggu.
Desa bermalam aman versi terbaru, yang disebut sebagai ‘desa penyembuhan,’ didirikan hanya beberapa kilometer dari lokasi Desa Lincoln. Sama-sama dibangun di atas lahan parkir, tapi berukuran lebih kecil, desa itu diisi tenda-tenda kanvas standar militer berwarna putih yang lebih besar dari tenda-tenda di Lincoln. Di sana, fasilitas pelengkapnya termasuk arena catur raksasa, tempat beryoga dan sebuah taman anjing.
Begitu tiba, para penghuni akan diberi pakaian baru, lemari, produk kebersihan dan tempat tidur berukuran besar.
Carrie Bell dari desa penyembuhan mengatakan, “[Ini] adalah ruang aman agar mereka terbiasa dan menyesuaikan diri untuk hidup normal kembali di ruang yang bersih.”
Sebagai penghuni desa bermalam aman, stabilitas yang diperoleh Floyd dan Maldonado telah banyak membantu mereka. Floyd kini bekerja sebagai pemoles mobil, sementara Maldonado sedang dalam proses beralih ke tempat tinggal permanen dan memulai pekerjaan baru.
“Saya bersyukur kepada Tuhan atas hal ini, karena sekarang saya punya tempat untuk mandi, makan. Saya tidak perlu khawatir harus ke toko untuk mencuri, atau melakukan hal-hal yang tidak pantas. Dan terutama, saya bisa mengistirahatkan kepala saya,” sebutnya. (rd/jm)