Pihak berwenang Kanada baru-baru ini menggagalkan dugaan rencana Iran untuk membunuh Irwin Cotler, mantan menteri kehakiman yang merupakan kritikus keras Teheran. Hal ini disampaikan organisasi Cotler pada Senin (18/11).
Tokoh berusia 84 tahun itu menjabat sebagai menteri kehakiman dan jaksa agung dari 2003 hingga 2006. Ia pensiun dari dunia politik pada 2015, namun tetap aktif di berbagai asosiasi yang mengkampanyekan hak asasi manusia di seluruh dunia.
Surat kabar The Globe and Mail melaporkan Cotler diberitahu pada 26 Oktober lalu bahwa dia menghadapi ancaman pembunuhan – dalam waktu 48 jam setelah pemberitahuan itu – dari beberapa agen Iran. Mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, surat kabar itu melaporkan pihak berwenang melacak dua tersangka dalam rencana pembunuhan tersebut.
Dalam sebuah email kepada AFP, Raoul Wallenberg Center for Human Right, di mana Cotler menjabat sebagai ketua internasional, mengonfirmasi laporan The Globe and Mail.
BACA JUGA: LSM: Iran Gantung Pria 'Untuk Kedua Kalinya' Setelah Eksekusi Sebelumnya DihentikanJuru bicara organisasi itu, Brandon Golfman, mengatakan Cotler “tidak memiliki pengetahuan atau rincian mengenai penangkapan yang dilakukan.”
Sementara juru bicara Menteri Keamanan Publik, Dominic LeBlanc menolak berkomentar, dengan mengatakan kepada AFP: “Kami tidak dapat mengomentari atau mengonfirmasi operasi RCMP (Royal Canadian Mounted Police) secara spesifik karena alasan keamanan.”
Menteri senior pemerintah lainnya, Francois-Philippe Champagne, menyebut rencana tersebut “sangat mengkhawatirkan.”
Jean-Yves Duclos, menteri senior pemerintah di provinsi Quebec, tempat tinggal Cotler, mengatakan kemungkinan besar “sangat sulit bagi (Cotler), khususnya, dan keluarga serta teman-temannya untuk mendengar informasi tersebut”.
Sementara itu, House of Commons dengan suara bulat meloloskan mosi yang memuji pekerjaan Cotler dalam membela hak asasi manusia dan “mengutuk ancaman pembunuhan terhadapnya yang didalangi oleh agen-agen rezim asing.”
Perlindungan polisi
Cotler telah mendapat perlindungan polisi selama lebih dari satu tahun setelah serangan kelompok militan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Cotler, yang merupakan seorang Yahudi dan pendukung kuat Israel, telah mengadvokasi secara global agar Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dimasukkan ke dalam daftar teroris.
BACA JUGA: Departemen Kehakiman Amerika: Pria Iran Didakwa atas Rencana Pembunuhan TrumpNama Cotler dilaporkan juga muncul dalam penyelidikan Biro Investigasi Federal AS (FBI) atas operasi pembunuhan bayaran Iran pada 2022 di New York yang menargetkan aktivis HAM AS, Masih Alinejad.
Kanada, yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran lebih dari satu dekade lalu, memasukkan Garda Revolusi Islam Iran sebagai kelompok teroris terlarang pada Juni lalu. Otoritas berwenang di Kanada mengatakan ketika itu Iran secara konsisten menunjukkan “pengabaian atas HAM baik di dalam maupun di luar Iran, serta mengganggu stabilitas tatanan internasional.”
Sebagai seorang pengacara, Cotler juga mewakili tahanan politik dan pembangkang Iran.
Putrinya, Michal Cotler-Wunsh, adalah seorang politikus dan diplomat Israel yang sebelumnya menjabat sebagai anggota parlemen Israel. [em/ns]