Kanada Tolak Ancaman Tarif Trump

Presiden AS Donald Trump dan PM Kanada Justin Trudeau dalam pertemuan di Gedung Putih, 20 Juni 2019 (foto: dok).

Setelah presiden terpilih Donald Trump bertemu dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Florida pada Sabtu (30/11), ancaman Trump untuk menerapkan tarif 25% terhadap semua barang impor dari Meksiko dan Kanada, memicu reaksi di kedua negara.

Ancaman tarif sebesar 25% terhadap segala sesuatu yang melintasi perbatasan terbesar di dunia yang tidak dijaga, mulai dari Kanada hingga Amerika Serikat itu, mendapat perhatian namun belum menarik kejutan yang sangat besar.

Pakar politik Universitas British Columbia, Stewart Perst mengatakan, ini adalah kembalinya Trump World, di mana dunia menanggapi postingan media sosialnya. Dia mengatakan, pihak berwenang Kanada harus mengetahui hal itu dari pemerintahan Trump sebelumnya, dalam menanggapi ancaman dengan serius, namun tidak secara harfiah.

“Tetapi bagian lain dari upaya itu adalah mencari cara untuk menanggapi, mengatasi apa yang dikatakan Trump, namun melakukan hal itu tanpa menyerah begitu saja, yang menurut saya merupakan usaha untuk melawan dengan cara yang kreatif, juga sebuah pelajaran penting,” kata Perst.

Trump mengatakan, dia akan mengenakan tarif jika Kanada dan Meksiko tidak bisa mengendalikan migran ilegal dan penyebar fentanil (obat penahan sakit). Menurut data dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, kurang dari 20 kilogram fentanil disita di sepanjang perbatasan Kanada-AS pada tahun anggaran terakhir.

BACA JUGA: Usai Ancam Terapkan Tambahan Tarif, Trump Sebut Pertemuan dengan Trudeau ‘Produktif’

Pada waktu yang sama, hampir 10 ton obat disita di sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Kanada adalah mitra dagang terbesar Amerika, dengan barang-barang bernilai rata-rata 2,7 miliar dolar melintasi perbatasan sepanjang hampir 9.000 km, setiap hari pada 2023.

Kanada adalah sumber minyak asing terbesar bagi AS. Perst mengatakan usulan tarif itu akan meningkatkan biaya dalam segala hal, dan ini perlu dibicarakan secara efektif.

“Jadi, memperjelas bahwa ada kepentingan-kepentingan yang menyatukan kedua negara dan kepentingan itu jauh lebih besar daripada apa pun yang memisahkan kami. Pesan-pesan itu perlu disampaikan dalam berbagai format,” tambah Perst.

Andreas Schotter adalah profesor strategi global di Sekolah Bisnis Ivey di Western University, Ontario. Dia mengatakan, tarif yang diusulkan akan merugikan kedua negara, namun itu dapat dihindari jika Kanada serius berjanji dan memberi hasil-hasil yang nyata. Pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau menawarkan pihaknya mengerahkan lebih banyak sumber daya penegak hukum ke perbatasan, termasuk petugas, helikopter, dan pesawat tak berawak.

Your browser doesn’t support HTML5

Kanada Menolak Ancaman Tarif Trump

Kekhawatiran Schotter adalah, permintaan baru Trump mungkin tidak hanya mengenai fentanil dan migrasi, namun mengarah pada pembatalan perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA) yang dirundingkan Trump pada masa jabatan pertamanya, untuk digantikan dengan Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara.

“Saya pikir Trump tidak akan menunggu sampai 2026 untuk membuka kembali USMCA. Saya pikir dia akan mengatakan, ‘Baiklah, Anda bisa berbicara dengan saya sekarang, atau saya tidak akan berbicara dengan Anda pada 2026, atau saya batalkan saja?’ Jadi saya pikir dia tidak akan menghargai atau bahkan menyetujui jadwal yang telah disepakati. Dan ini membuat saya khawatir,” ujar Schotter.

Akhir pekan lalu, Katie Telford, kepala staf Trudeau, dan Menteri Keamanan Umum, Dominic LeBlanc terbang dari Ottawa ke rumah tinggal Trump di Florida untuk melakukan pembicaraan langsung. [ps/ns]