Dinas keamanan Inggris, MI5, memperingatkan Partai Konservatif yang berkuasa bahwa dua calon anggota parlemen negara itu kemungkinan adalah mata-mata China, kata seorang menteri pada Rabu (13/9).
Rincian nasihat tersebut, yang diberikan pada 2021 dan 2022, terungkap beberapa hari setelah seorang peneliti parlemen ditangkap pada Maret karena dicurigai menjadi mata-mata untuk Beijing.
Menteri Muda Kesehatan Maria Caulfield mengatakan partainya segera bertindak untuk membatalkan pencalonan keanggotaan parlemen kedua orang itu setelah intervensi MI5.
“Saya pikir partai mana pun yang ada di pemerintahan, akan selalu ada pihak yang mencoba menargetnya, baik untuk mendapatkan informasi atau untuk mempengaruhi,” katanya kepada Times Radio.
Dalam kasus dua kandidat yang dicurigai, Partai Konservatif telah mengambil tindakan cepat, dan keduanya telah dikeluarkan dari daftar,” tambahnya.
“Mereka tidak akan mencalonkan diri dalam pemilu,” katanya.
Caulfield berbicara setelah sebuah laporan di harian The Times mengatakan MI5 memperingatkan bahwa kedua orang tersebut memiliki hubungan dengan United Front Work Department-- sebuah badan di Partai Komunis China yang bertugas mempengaruhi kebijakan dan opini global.
“Sangat jelas bahwa hal tersebut menimbulkan risiko,” kata laporan itu yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Pemerintahan Perdana Menteri Rishi Sunak berada di bawah tekanan untuk memperketat kebijakannya terhadap China karena negara tersebut berupaya menjalin hubungan yang lebih besar dengan negara adidaya Asia tersebut.
Ketika mencalonkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif tahun lalu, Sunak menyebut China sebagai “ancaman nomor satu” terhadap keamanan domestik dan global.
BACA JUGA: China Bantah Tuduhan Mata-matai InggrisNamun saat berkuasa, ia menolak retorika keras tersebut, dan malah menganggap kebangkitan China sebagai tantangan strategis dan mendorong keterlibatan pragmatis untuk mengatasi isu-isu seperti perubahan iklim.
Tersangka mata-mata yang ditangkap pada Maret mengeluarkan bantahan keras pada Senin dengan menyatakan bahwa ia "sepenuhnya tidak bersalah."
Seorang lain juga ditangkap pada saat itu, juga karena dicurigai melakukan pelanggaran berdasarkan Undang-Undang Rahasia Negara.
Kedua orang tersebut dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut hingga Oktober.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pada konferensi pers di Beijing pada Senin bahwa “klaim bahwa China melakukan kegiatan spionase terhadap Inggris adalah murni rekayasa.”
“China dengan tegas membantah hal ini,” tambahnya. [ab/lt]