Kantor HAM PBB mengecam pedas tindakan keras Mesir terhadap awak media yang bahkan telah melakukan serangan fisik terhadap wartawan yang bertugas. Badan itu menyatakan tindakan pemerintah menghambat wartawan di Mesir yang hendak bertugas.
JENEWA —
Kantor HAM PBB menilai laporan berbagai pelecehan, penahanan dan penuntutan wartawan nasional dan internasional di Mesir mengkhawatirkan, dan meminta penyidikan independen atas semua laporan kekerasan terhadap wartawan.
Badan tersebut mengutuk kekerasan yang ditujukan terhadap wartawan, terutama insiden yang melibatkan polisi dan pasukan pemerintah lainnya. Kantor PBB mencatat wartawan yang akhir pekan lalu hendak meliput ulang tahun ketiga revolusi Mesir, diserang dan terluka, lainnya ditahan pihak berwenang.
Jurubicara kantor HAM PBB, Rupert Colville, menyatakan menjadi semakin sulit dan berbahaya bagi wartawan untuk melaksanakan tugas di Mesir. Ia mengatakan suasana menjadi semakin mengancam sejak pengumuman hari Rabu bahwa tuduhan terorisme diajukan terhadap 20 wartawan.
Jaksa agung Mesir menyatakan bermaksud menuntut 16 warga Mesir dan empat wartawan asing yang bekerja untuk jaringan televisi al-Jazeera. Mereka menghadapi tuduhan membantu kelompok teroris dan membahayakan kepentingan nasional. Menurut Colville, perkembangan ini menjadi keprihatinan besar.
"Mereka orang-orang yang membawa kamera, bukan senjata. Kamera hendak menjelaskan, bukan membungkam, informasi mengenai yang terjadi. Jadi, sangat tidak bisa diterima bila wartawan dinyatakan mendukung terorisme. Ini perkembangan yang benar-benar mengkhawatirkan dan kami berharap ini akan berubah segera," ujar Colville.
Ada lima staf al-Jazeera yang kini ditahan. Colville menyatakan wartawan televisi itu ditarget secara sistematis sejak penggulingan Presiden Mohamed Morsi Juli lalu, dan ini telah menimbulkan kekhawatiran yang meluas di kalangan wartawan yang bekerja di Mesir. Kepada VOA, ia menyatakan, bekerja dalam lingkungan sarat pembatasan dan ancaman seperti itu sangat merugikan kebebasan berekspresi dan berpendapat.
"Menurut saya, dalam situasi seperti ini, koreksi diri sayangnya tidak terhindarkan, dan itu salah satu keprihatinan utama kami dalam hal kebebasan berpendapat. Jelas sangat merusak kalau wartawan berada dalam tekanan semacam itu dan benar-benar mencemaskan keselamatan fisik mereka," lanjut Colville.
Colville menyatakan wartawan yang tidak terkait al-Jazeera telah diserang pendukung pemerintah yang keliru menyangka mereka dari jaringan televisi berbasis di Qatar itu.
Jurubicara kantor HAM PBB mengatakan ada keprihatinan yang semakin meningkat mengenai wartawan yang ditahan yang dilaporkan menjadi sasaran perlakuan buruk, atau ditahan dalam kondisi yang tidak sesuai standard HAM internasional.
Badan tersebut mengutuk kekerasan yang ditujukan terhadap wartawan, terutama insiden yang melibatkan polisi dan pasukan pemerintah lainnya. Kantor PBB mencatat wartawan yang akhir pekan lalu hendak meliput ulang tahun ketiga revolusi Mesir, diserang dan terluka, lainnya ditahan pihak berwenang.
Jurubicara kantor HAM PBB, Rupert Colville, menyatakan menjadi semakin sulit dan berbahaya bagi wartawan untuk melaksanakan tugas di Mesir. Ia mengatakan suasana menjadi semakin mengancam sejak pengumuman hari Rabu bahwa tuduhan terorisme diajukan terhadap 20 wartawan.
Jaksa agung Mesir menyatakan bermaksud menuntut 16 warga Mesir dan empat wartawan asing yang bekerja untuk jaringan televisi al-Jazeera. Mereka menghadapi tuduhan membantu kelompok teroris dan membahayakan kepentingan nasional. Menurut Colville, perkembangan ini menjadi keprihatinan besar.
"Mereka orang-orang yang membawa kamera, bukan senjata. Kamera hendak menjelaskan, bukan membungkam, informasi mengenai yang terjadi. Jadi, sangat tidak bisa diterima bila wartawan dinyatakan mendukung terorisme. Ini perkembangan yang benar-benar mengkhawatirkan dan kami berharap ini akan berubah segera," ujar Colville.
Ada lima staf al-Jazeera yang kini ditahan. Colville menyatakan wartawan televisi itu ditarget secara sistematis sejak penggulingan Presiden Mohamed Morsi Juli lalu, dan ini telah menimbulkan kekhawatiran yang meluas di kalangan wartawan yang bekerja di Mesir. Kepada VOA, ia menyatakan, bekerja dalam lingkungan sarat pembatasan dan ancaman seperti itu sangat merugikan kebebasan berekspresi dan berpendapat.
"Menurut saya, dalam situasi seperti ini, koreksi diri sayangnya tidak terhindarkan, dan itu salah satu keprihatinan utama kami dalam hal kebebasan berpendapat. Jelas sangat merusak kalau wartawan berada dalam tekanan semacam itu dan benar-benar mencemaskan keselamatan fisik mereka," lanjut Colville.
Colville menyatakan wartawan yang tidak terkait al-Jazeera telah diserang pendukung pemerintah yang keliru menyangka mereka dari jaringan televisi berbasis di Qatar itu.
Jurubicara kantor HAM PBB mengatakan ada keprihatinan yang semakin meningkat mengenai wartawan yang ditahan yang dilaporkan menjadi sasaran perlakuan buruk, atau ditahan dalam kondisi yang tidak sesuai standard HAM internasional.