Kapal Berisi Daging Satwa Langka Tabrak Karang di Filipina

Trenggiling yang diselundupkan kapal China dari Sumatra ke Filipina disita pihak berwenang di Medan. (Foto: Dok)

Sebuah kapal dari China yang membawa lebih dari 10.000 kilogram daging trenggiling yang dilindungi menabrak situs warisan dunia UNESCO di Filipina.
Sebuah kapal dari China yang menabrak terumbu karang di barat daya Filipina berisikan lebih banyak bukti perusakan lingkungan: Lebih dari 10.000 kilogram daging spesies yang dilindungi, yaitu trenggiling.

Lambung kapal menabrak atol pada 8 April di Taman Laut Nasional Tubbataha, situs warisan dunia menurut UNESCO di Pulau Palawan. Juru bicara penjaga pantai Mayor Armand Balilo pada Senin (15/4) mengatakan bahwa 400 kotak, masing-masing berisi 25-30 kilogram daging trenggiling beku ditemukan dalam inspeksi kedua di kapal tersebut Sabtu lalu.

Badan konservasi alam World Wide Fund for Nature Filipina mengatakan kapal China F/N Min Long Yu dapat mengangkut sampai 2.000 daging trenggiling dengan sisik yang sudah dibuang.

“Sudah cukup buruk bahwa China telah memasuki laut kita secara ilegal, tidak memiliki dokumen dan masuk ke taman laut nasional dan situs warisan dunia secara sembrono,” ujar kepala eksekutif WWF Filipina Jose Ma. Lorenzo Tan.

“Sungguh sangat tercela melihat mereka menyamar sebagai nelayan untuk memperdagangan hewan liar secara ilegal.”

Kapal berisikan 12 awak dari China itu ditahan dengan tuntutan perburuan dan upaya penyogokan, ujar Adelina Villena, pengacara taman laut tersebut. Lebih banyak tuntutan sedang disiapkan, ujarnya, termasuk perusakan terumbu karang dan pelanggaran undang-undang alam liar di negara tersebut terkait kepemilikan daging trenggiling.

Tidak jelas dari mana empat spesies trenggiling Asia tersebut berasal. Serikat Internasional Konservasi Alam (IUCN) memasukkan dua spesies trenggiling ke dalam daftar hewan yang dilindungi: Trenggiling Sunda atau Malayan, dan trenggiling China. Dua lain, termasuk trenggiling Filipina yang endemis untuk Palawan, diklasifikasikan sebagai hampir terancam.

Hewan-hewan tersebut dilindungi di banyak negara-negara Asia, dan sebuah larangan perdagangan internasional diberlakukan sejak 2002, namun perdagangan gelap terus berlangsung. Daging dan sisik pangolin dihargai ratusan dolar per kilogram di China karena banyak yang menganggap dapat menyembuhkan beragam penyakit.

IUCN mengatakan peningkatan permintaan untuk trenggiling dan kurangnya aturan telah menyapu hewan tak bergigi pemakan semut itu dari habitat hutan mereka di Asia Tenggara.

Alex Marcaida, pejabat di Dewan Pembangunan Berkelanjutan Palawan, mengatakan pihak berwenang Filipina menganggap trenggiling Filipina terancam karena perdagangan gelap yang terus berlanjut. Ia mengatakan awak kapal China telah mengatakan bahwa trenggiling itu datang dari Indonesia, namun pihak berwenang masih memverifikasi klaim tersebut.

WWF Filipina mengatakan perdagangan gelap hewan liar secara global diperkirakan meraup sedikitnya US$19 miliar per tahun, merupakan perdagangan gelap global terbesar keempat setelah narkotika, pemalsuan produk dan mata uang, serta perdagangan manusia. WWF mengatakan risikonya rendah dibandingkan tindak pidana lain, dan pedagang tingkat tinggi jarang ditangkap, diadili atau dijatuhi hukuman.

Pihak militer Filipina mengutip nelayan-nelayan tersebut yang mengatakan bahwa mereka tidak sengaja masuk ke perairan Filipina dari Malaysia. Mereka ditahan di kota Puerto Princesa, tempat pejabat konsuler China mengunjungi mereka.

Nelayan-nelayan itu menghadapi hukuman 12 tahun penjara dan denda sampai $300.000 untuk tuntutan perburuan saja. Untuk kepemilikan daging trenggiling, mereka dapat dipenjara sampai enam tahun dan didenda, ujar Villena.

Tubbataha merupakan tempat perlindungan laut seluas 97.000 hektar dan merupakan tujuan olahraga selam yang populer, sekitar 640 kilometer ke arah barat daya Manila.

Terumbu karang yang masif telah dirusak oleh kapal Angkatan Laut AS yang terperangkap di daerah itu Januari lalu dan harus dibongkar. (AP/Teresa Cerojano)