Kapal China yang Diduga Potong Kabel Bawah Laut Masih Berlabuh di Laut Baltik

  • Henry Ridgwell

Kapal curah China, Yi Peng 3 (kanan), sedang berlabuh dan diawasi oleh kapal patroli di Laut Kattegat, dekat Kota Granaa di Jutland, Denmark, 20 November 2024. (Foto: Mikkel Berg Pedersen/Ritzau Scanpix via AFP)

Kapal curah Yi Peng 3 kemungkinan terlibat dalam pemutusan dua kabel serat optik di dasar laut, satu menghubungkan Finlandia dan Jerman dan yang lainnya menghubungkan Swedia dan Lithuania.

Negara-negara sekutu Eropa di kawasan Baltik sedang menyelidiki bagaimana dua kabel data serat optik terputus awal pekan ini, dan kecurigaan jatuh kepada kapal China di wilayah tersebut. Jerman mengatakan insiden itu jelas merupakan sabotase.

Angkatan Laut Denmark mengatakan minggu ini bahwa pihaknya melacak Yi Peng 3, sebuah kapal curah China, saat bergerak melalui Laut Baltik. Pada Jumat (22/11), sistem pelacakan laut menunjukkan kapal tersebut berlabuh di sebelah timur Kota Aarhus, Denmark.

Denmark tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa hanya melacak kapal tersebut. Namun, ada spekulasi luas bahwa kapal tersebut mungkin terlibat dalam pemutusan dua kabel serat optik di dasar laut, satu menghubungkan Finlandia dan Jerman dan yang lainnya menghubungkan Swedia dan Lithuania.

BACA JUGA: Beijing Serukan Perlindungan Hak Kapal China untuk ‘Berlayar Normal’

Berbicara pada Selasa (19/11), Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius bersikukuh bahwa hal ini bukan suatu kebetulan.

“Saya juga tidak mau mempercayai versi bahwa ini adalah jangkar yang secara tidak sengaja menyebabkan – bagaimana saya mengatakannya – kerusakan pada kabel-kabel ini. Jadi, kita harus menyimpulkan, tanpa mengetahui secara pasti siapa yang melakukannya, bahwa tindakan itu adalah tindakan hibrida. Dan kami juga harus berasumsi, tanpa menyadarinya, tentu saja, bahwa ini adalah sabotase,” kata Pistorius kepada wartawan di Brussels.

Sekutu Eropa di Baltik sedang berkolaborasi dalam penyelidikan, menurut analis pertahanan Charly Salonius-Pasternak dari Institut Urusan Internasional Finlandia.

"Ada kubu yang menurut saya melihat operasi hibrida dalam segala hal. Dan ini adalah salah satu hal yang saya peringatkan - bahwa jika Anda berada di ruangan and dipenuhi cermin, segala sesuatunya terlihat seperti tertentu. Kita tidak tahu itu,” katanya kepada VOA.

“Namun seperti yang telah kita lihat di Laut Baltik, dan [juga] di tempat lain, insiden-insiden yang seolah-olah merupakan ‘waktu yang tepat’ dalam hal menyeret jangkar atau hal-hal lain – pada titik tertentu Anda harus mulai menarik kesimpulan bahwa ini bukan hanya sebuah kecelakaan,” tambah Salonius-Pasternak.

Sejumlah Insiden yang Sama

Ada banyak insiden serupa di Laut Baltik dalam beberapa tahun terakhir. Pada Oktober 2023, pipa gas Balticconnector yang menghubungkan Estonia dan Finlandia rusak parah.

BACA JUGA: Jerman akan Copot Komponen Huawei, ZTE dari Jaringan 5G

Sepuluh bulan kemudian, China mengatakan kapal yang terdaftar di Hong Kong, Newnew Polar Bear, secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan saat badai. Finlandia tetap skeptis terhadap pengakuan tersebut, dengan mengatakan tidak ada badai di wilayah tersebut pada hari kerusakan terdeteksi.

“Setidaknya bagi beberapa negara, secara politis mungkin lebih mudah untuk menyebut hal-hal tersebut sebagai misteri yang belum terpecahkan,” kata Salonius-Pasternak kepada VOA.

"Karena jika Anda mengidentifikasi insiden-insiden tersebut – dengan mengatakan, dalam kasus itu, pasti ada seseorang di lembaga politik China yang mengarahkan kapten untuk melakukan hal ini – lalu apa yang akan Anda lakukan?"

Saat ditanyai pada Kamis (21/11) mengenai pelacakan Yi Peng 3 di Baltik oleh Denmark, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Li Jiang membantah mengetahui hal tersebut.

“Saya tidak memiliki informasi spesifik mengenai kapal China tersebut,” kata Li.

“Kami bersedia menjaga komunikasi dengan pihak-pihak terkait sesuai dengan hukum internasional dan bersama-sama menjaga keselamatan infrastruktur dasar laut internasional. Pada saat yang sama, kami juga berharap hak navigasi normal dan kepentingan sah kapal China akan dilindungi secara efektif. " [ft]