Sebuah kapal tanker Iran meninggalkan Gibraltar, Minggu (18/8), setelah pihak berwenang di sana menolak upaya AS untuk menahannya, tetapi tidak jelas ke mana tujuan kapal itu berikutnya.
Data pengawasan lalu lintas laut memperlihatkan tanker itu meninggalkan perairan Gibraltar. Baik Iran dan Gibraltar mengukuhkan pergerakan itu.
Teheran mengatakan siap mengirim armada angkatan lautnya untuk mengawal kapal itu yang memuat 2,1 juta barel minyak mentah ringan senilai AS$130 juta, tetapi Iran tidak memberikan indikasi kemana kapal itu akan berlayar.
Kapal itu, yang diberi nama Grace 1 tetapi sekarang oleh Iran diganti namanya menjadi Adrian Darya 1, ditangkap 4 Juli oleh Gibraltar, yang menjadi wilayah Inggris karena pihak berwenang di sana yakin minyak mentah itu menuju ke Suriah, sekutu Iran dan melanggar sanksi Uni Eropa.
Awalnya, kapal itu berlayar menggunakan bendera Panama tetapi setelah namanya diganti, bendera Iran merah, putih dan hijau dikibarkan di atas kapal.
Penyitaan kapal itu merupakan salah satu dari beberapa insiden terkait beberapa pekan terakhir yang memicu meningkatnya ketegangan antara Teheran dan negara-negara Barat. Kemudian pada bulan Juli, Iran menyita kapal tanker minyak berbendera Inggris, Stena Impero, di Teluk Persia dan hingga kini masih menyitanya.
Amerika Serikat dan Iran saling menembak jatuh pesawat tak berawak dan negara-negara Barat menuduh Teheran melakukan serangan lain terhadap kapal-kapal di Teluk, tempat dimana seperlima produksi minyak dunia melewati Selat Hormuz.
Insiden itu sebagian berasal dari penarikan mundur Presiden AS Donald Trump tahun lalu dari perjanjian nuklir internasional 2015 untuk mengekang program senjata nuklir Teheran. Trump kemudian menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan, yang telah mengganggu ekonomi Iran.
Otoritas Gibraltar pada Kamis (15/8) memutuskan untuk melepaskan tanker Iran itu dan mengatakan mereka telah menerima jaminan tertulis dari Teheran bahwa minyak mentah itu tidak akan dikirim ke Suriah. [vm/pp]