Jumlah kasus harian COVID-19 di Tokyo, yang menjadi tuan rumah Olimpiade, mencapai rekor tertinggi dalam dua hari berturut-turut pada Rabu (28/7). Reuters mengutip media setempat melaporkan angka kasus virus corona melampaui 3.000, pertama kalinya sejak pandemi dimulai. Kenaikan jumlah kasus itu menekan rumah sakit-rumah sakit.
Melonjaknya kasus baru bisa meredam antusiasme penonton lokal untuk menyaksikan Olimpiade. Penghelatan olahraga berskala internasional itu berlangsung dalam kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk larangan bagi penonton di sebagian besar tempat laga, meskipun atlet Jepang banyak meraih medali.
Seorang menteri kabinet mengatakan gubernur dari tiga prefektur di dekat Tokyo akan meminta pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat untuk wilayah mereka, setelah kasus harian mencapai 2.848 pada Selasa (27/7).
Yasutoshi Nishimura, yang memimpin tim tanggap COVID-19 Jepang, mengatakan kepada panel parlemen bahwa prefektur akan meminta pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat pada Kamis (29/7).
Dia menambahkan bahwa kasus COVID-19 harian diperkirakan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang, karena pengujian tertunda selama liburan minggu lalu.
"Saya pikir kita telah memasuki mode peningkatan tajam dalam kasus, yang paling saya takuti," Yuji Kuroiwa, Gubernur Prefektur Kanagawa dekat Tokyo. Kanagawa dan Prefektur Chiba dan Saitama di dekatnya juga mengalami lonjakan kasus.
Tokyo berada di bawah keadaan darurat keempat, yang akan berlangsung selama masa pelaksanaan Olimpiade, sementara tiga wilayah lainnya menerapkan langkah-langkah darurat yang lebih longgar.
BACA JUGA: Olimpiade Tanpa Penonton Asing, Bisnis-bisnis di Tokyo TerpukulPenyelenggara Olimpiade Tokyo pada Rabu (28/7) melaporkan adanya 16 kasus COVID-19 terkait Olimpiade, sehingga total kasus mencapai 169 sejak 1 Juli. Atlet, staf, dan media Olimpiade harus mengikuti aturan ketat untuk mencegah penyebaran virus, termasuk pengujian yang sering dilakukan.
Dia mengulangi bahwa langkah-langkah ketat diterapkan di dalam "gelembung Olimpiade". Banyak orang Jepang khawatir penyebaran infeksi yang berasal dari peserta Olimpiade.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada Selasa (27/7) mendesak masyarakat untuk sesering mungkin tinggal di rumah dan menonton Olimpiade dari televisi. Dia mengatakan membatalkan Olimpiade bukanlah suatu pilihan.
Jepang berhasil menghindari wabah dahsyat yang diderita oleh negara-negara lain, seperti India, Indonesia, dan Amerika Serikat, tetapi gelombang kelima pandemi menambah beban pada rumah sakit-rumah sakit di Tokyo.
"Risiko infeksi bagi individu adalah yang tertinggi yang pernah ada. Ini memengaruhi perawatan medis biasa dan ... adalah situasi yang parah," Koji Wada, seorang profesor di Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional Tokyo dan penasihat pemerintah terkait tanggapan COVID -19, mengatakan kepada televisi publik NHK. [ah/au/ft]